Jumat, 30 Desember 2016

Mati Satu, Tumbuh Sejuta

Gue nulis postingan ini lantaran gue keinget tulisan gue 3 tahun yang lalu.
Ketika saat itu gue nulis postingan yang berjudul Mati Satu, Tumbuh Seribu di blog ini.

Kejadian yang sama, yang terjadi berulang-ulang di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Memulai sebuah pertemuan pasti nantinya kita harus siap menghadapi kemungkinan akan adanya sebuah perpisahan. Tidak hanya dalam hubungan pertemanan ataupun hubungan harmonis sebuah keluarga, dalam menjalani sebuah hubungan yang beranjak serius juga pasti akan mengalami kejadian yang serupa. Menghadapi sebuah kemungkinan dari harapan yang tidak akan mungkin terjadi.

Dalam umur gue yang sekarang, seharusnya gue sudah semakin dewasa dalam mengambil keputusan. Tapi entah kenapa, pikiran akal sehat gue masih dibutakan oleh kata 'cinta' yang semakin lama semakin membuat gue lupa diri. Memang, membangun sebuah hubungan itu tidaklah mudah. Dari perjuangan kita mendekati, menghampiri, berkenalan, lalu saling mempertahankan. Semua itu tidak akan pernah terbayar ketika ada seseorang yang mengatakan: apakah kamu siap menghadapi segala kemungkinan yang ada? kemungkinan terburuk dari hubungan kita?

Gue tidak akan pernah menyangka, gue akan mengalami patah hati terhebat gue. Di saat semua usaha dan perjuangan dalam mempertahankan cinta itu sudah dilakukan, gue menghadapi sebuah pilihan yang menyangkut antara
Share:

Jumat, 11 November 2016

A Place for My Mind

Kalian suka travelling?
Suka jalan-jalan?
Suka mendatangi tempat-tempat baru?

Well,
saat ini gue lagi hobi-hobinya mendatangi tempat-tempat baru, untuk sekedar menikmati dan mengabadikan momen tersebut.

Karena gue tipe orang yang demen banget sama suasana yang tenang, gue paling suka pergi ke suatu tempat yang tidak terlalu ramai oleh kerumunan orang-orang dan jauh dari hiruk pikuk manusia. Tempat yang paling sering gue singgahi biasanya cuman sekedar cafe-cafe atau depot-depot kecil, untuk sekedar meneguk secangkir kopi.

Selama gue menjadi tingkat akhir di pendidikan ini, setiap akhir pekan gue selalu mencoba mendatangi tempat-tempat yang belum pernah gue singgahi sebelumnya. Gue pernah mendatangi cafe-cafe di Bandung, nyoba tempat makan yang lumayan wah, bahkan tempat-tempat santai di sekitaran kampus.

Di tempat gue tinggal, gue suka
Share:

Minggu, 30 Oktober 2016

Post Kilat

Anjay.

Batere laptop bocor, dan gue kudu beli batere yang baru biar tetep bisa on.
Okeh keluar gocek lagi dah.

Eniwei,
gue pake laptop temen bentar buat nulis blog ini buat beritain kabar buruk itu.
Really really bad things happen to me.
Selain beli batere baru,
Share:

Jumat, 28 Oktober 2016

I Need Some Help! Laper...

Kenapa gue jadi jarang bikin postingan di blog?
Jawabannya sangat simpel:
gue gak tau harus nulis apa!

Entahlah, pikiran gue lagi buntu tapi pengen banget buat cerita. But sometimes, mood gue bisa berubah menjadi lebih baik saat menulis. Dengan menulis, gue bisa mencurahkan semua masalah gue lewat kata-kata. Gue nganggep tulisanlah yang paling bisa ngertiin perasaan gue, cuman lewat tulisan gue gak perlu takut dan malu untuk cerita tentang apa saja. Semuanya ngaliiiirrr gitu aja, tanpa beban. Seperti bercerita dengan seorang sahabat, tulisan bisa lebih dari itu. Dari zaman gue masih SMA, gue sering nulis di blog ini tentang berbagai masalah kehidupan gue. tapi sekarang, dan entah kenapa, pikiran gue jadi kesumbat. Gue gak bisa ngeluarin apa yang ada di kepala gue untuk gue ceritakan.

Menimbulkan mood untuk menulis itu memang susah. Gue lebih suka menulis dengan tipe
Share:

Jumat, 23 September 2016

Unblessed

To the point:

Gue pernah menjalin hubungan dengan seseorang; teman kuliah, teman seperjuangan, teman satu angkatan. Masing-masing dari orangtua kita tidak menyetujui, dengan alasan 'jangan menjalin hubungan serius dengan orang berbeda prinsip'. Awalnya gue ngotot mempertahankan hubungan, karena masih ada pihak yang menyetujui, hingga akhirnya di tahun ke-2 gue menyudahi hubungan dengan perempuan ini karena perbedaan prinsip agama dan pandangan hidup yang tidak sejalan.

Di saat gue pusing akibat masalah itu, gue jadi deket dengan seseorang, yang sebenernya dulu pernah gue suka.
Baidewei, orangtua gue pernah bilang jangan sampai terlalu dekat dengan dia, dengan beberapa alasan tertentu. Mereka berkeras dan memberikan wejangan yang menurut mereka baik buat gue. Namun, setelah beberapa waktu berjalan, gue hampir sering ketemuan sama dia. Dan di saat itu dia menanyakan sesuatu hal kepada gue:
Share:

Rabu, 03 Agustus 2016

Belajar Dari Seorang Pramugari

Ketika duduk sendirian di sebuah tempat makan di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta,
gue tersadar:

Sebuah perpisahan tidak seharusnya diiringi dengan kesedihan.
Justru malah sebaliknya.
Kita harus dengan ikhlas melepas kepergian seseorang, dengan senyuman.

Seperti seorang pramugari Lion Air yang gue jumpai hari itu.
Dia, tanpa merasa kehilangan dari penumpang yang telah memberinya rezeki,
melepas kepergian mereka dengan senyuman manis.

Mungkin gue harus belajar dari seorang pramugari itu.
Gue harus dengan ikhlas merelakan kepergian si dia,
ya, dia yang saat ini sudah berubah status menjadi mantan.

Terima kasih.
Seperti yang pramugari itu ucapkan ketika para penumpang turun keluar dari pesawat.

Dengan senyuman manis tersungging di bibir, gue ucapkan:
Terima kasih.
"Terima kasih atas satu setengah tahun yang istimewa ini"
Share:

Senin, 01 Agustus 2016

Bipolar

Saat ini gue bener-bener gak bisa konsen buat nulis apa-apa.
Bener-bener gak bisa dapet mood yang enak.
Ketika mau nulis sesuatu, I'm totally blinded. Isi kepala gue seakan tersumbat oleh sesuatu yang gak bisa gue lihat sendiri.
Perasaan gue kacau.

Sudah kesekian kalinya, dan malam ini, gue berusaha duduk tenang di depan meja, mencoba untuk menumpahkan semuanya lewat tulisan.
Beberapa hari yang lalu, gue pengen banget nulis sesuatu. Saking antusiasnya, gue sampai membawa laptop ke rumah temen, berharap disana gue bisa dapet inspirasi. Ketika disana, kepala gue malah tiba-tiba puyeng. Kemarennya lagi, ketika dalam perjalanan pulang dari Banjarmasin, gue mencoba memejamkan mata sejenak di kursi belakang, berusaha mengingat hal-hal yang pernah gue lewati, dan menuliskan beberapa kata. Hasilnya, cuma kalimat-kalimat absurd tanpa makna. Intinya, dari sekian banyak masalah yang ada, gue gak bisa ceritakan semua.

Beberapa minggu ini pun pola tidur gue berubah drastis.
Gue hidup bagaikan kelelawar, bangun di malam hari dan tidur di siang hari.
Gue gak bisa tidur walaupun mata gue udah minta istirahat. Entah kenapa, tapi semuanya terasa aneh, ada perasaan dan pikiran yang tak biasa. Kadang, jam 3 pagi baru gue bisa tidur pulas. Akibatnya keesokan hari badan gue lemes. Bangun tidur pun ketika hampir azan zuhur berkumandang. Gue keluar kamar hanya untuk mandi dan makan. Abis itu gue nyambung tidur lagi hingga sore.

Keadaan kayak gini bener-bener bikin gue stres.

Hal ini membuat gue jadi berpikir satu hal:
apakah memang benar ini yang dinamakan manic depressive?
sebuah ketidaknyamanan bisa membuat perubahan buruk dalam hidup seseorang?

PS: besok lusa gue bakalan pergi sejenak, melakukan ekspedisi seorang diri, selama 4 hari...
mungkin gue sangat butuh liburan. tebak mau kemana...
Share:

Jumat, 15 Juli 2016

Planning dan #dancobroders

Gila. Satu minggu kemaren jadwal gue kayak pantat.
Bener-bener bikin pusing.
Jumat minggu lalu masih dalam suasana-suasana lebaran ngumpul dengan keluarga besar di Banjarbaru dan pulang hari itu juga, sabtu balik lagi ke Banjarmasin menghadiri acara halal bi halal warga Tapin dan ternyata gagal total, senin pas hari pertama masuk kerja gue menemui lurah di kantornya buat minta tandatangan dan disambut dengan sokon yang datang berkunjung dari Banjarbaru, selasa pergi ke SMA buat melegalisir ijazah dan pulangnya langsung menghadap Kepala BKD serta menjalankan rutinitas dengan purna-purna hingga sore hari, rabu ngumpul dengan IKAPTK Kabupaten Tapin, kamis pergi menemani sokab gue ke kantor BPPKB buat minta data dan pulangnya langsung menengok latihan capaskibraka Tapin di alun-alun, disamping itu tiap harinya gue meluangkan waktu buat ngumpul dengan keluarga dan temen-temen hingga malam hari, dan hari ini, Jumat: gue baru bisa beristirahat dengan tenang. Satu hal yang bisa gue katakan untuk menggambarkan seluruh kegiatan tersebut: DENGKUL KERING.

Gue inget, malam hari raya minggu kemaren saat ngumpul dengan temen-temen mereka ngomong:

Mereka: eh, malam ini koala kumal sudah tayang laaah..
Gue: HAH?

Gue yang awalnya pertama kali merencanakan buat pergi nonton bareng mereka minggu kemaren,
lupa.

Mereka: jadi pabila jua kita caow nih? (jadi kapan juga kita berangkat?)
Gue: terserah, aku akur aja.
Mereka: ya langsung, atur!

Dan terjadilah hari-hari berat itu.
Pada akhirnya, kami baru bisa menetapkan perjalanan kami sabtu besok hari buat berangkat sama-sama.

On the other side, di saat yang sama kita kumpul-kumpul dengan temen-temen malam itu, gue ketemu lagi sama 'masalalu'. Ya, masalalu yang sempet ada di blog ini. Sekarang kita udah biasa aja, temenan sewajarnya. Lupakan... sekedar informasi.

Pada jam 22:00, kita beranjak pergi ke kawasan Rantau Baru buat ikut pelepasan lampion. Kalo boleh jujur, gue kesana karena ingin melepaskan lampion dengan seseorang. Gue udah nyoba ngubungin dia lewat line dengan akun yang masih ada di hape gue. Gak ada tanggapan, gue berinisiatif buat datang sendiri kesana dengan membawa temen-temen gue segerombolan. Gue yakin dengan pasti, dia pasti memang akan kesana juga.

Di perjalanan gue berpikir banyak, seru aja rasanya kalau bisa ngobrol dengan salah satu orang yang kita taksir dulu, kita jadi tahu apa yang salah dan jadi sedikit lebih ngerti lebih jauh tentang diri gue sendiri. Dan dalam hubungan gue dengan Ika pacar gue selama ini, kita udah sering terjadi komunikasi yang gak lancar. Masalah internal kami, masih menjadi bayangan yang mencampuri perasaan gue. Setidaknya, untuk saat ini, dengan hubungan yang tidak pasti ini dengan Ika, gue sambil membuka hati untuk orang lain (yang mungkin lebih baik dari dia).

Satu jam kemudian, di tengah-tengah pelepasan lampion,
dia, ehm, "yang diharapkan", berjalan mendatangi gue.

Pertanyaan itu pun timbul: Apakah dia ini, yang gue cari?

Perasaan gue saat itu, perasaan aneh saat ingin menyelesaikan masalah yang pasti tidak bisa diselesaikan dan berusaha untuk menemukan orang yang tepat menjadi semacam pencerahan bagi gue. Bagi gue, mulai saat ini gue akan baik-baik aja.

Mungkin, dan terbesit rasa yakin dalam diri gue, hubungan gue dengan Ika memang tidak akan berhasil. Walaupun seberapa keras kita berdua menyelesaikan masalah itu, gue tetap tidak bisa melawan prinsipnya dan mematahkan hati orangtuanya.

Sekarang, gue udah mulai mencari seseorang, berusaha menemukan kecocokan kembali dengan orang lain, menemukan sisi-sisi romantis yang baru, sesuatu untuk diingat di masa depan. Walaupun gue tau itu memang tidak mudah.

Seperti dengan dia "yang diharapkan" ini.
Sedangkan perasaan gue untuk saat ini, digambarkan jelas oleh kalimat dalam film 3 Idiots:
"All is well"

Dan di kamar,
lagu Those Years-nya Hu Xia membuat gue pengen jungkir balik.
Share:

Sabtu, 09 Juli 2016

Postingan Di Tengah-Tengah Kemacetan

Gue lagi di tengah-tengah jalan mau ke Banjarmasin, dan gilaaaaa macetnya parah minta ampun. Udah satu jam lebih mobil gue gak bisa bergerak satu senti pun.

Memang hari ini adalah puncaknya arus balik setelah lebaran. Orang-orang pada balik ke kota dan mulai masuk kerja hari senin nanti. Dan ini adalah hari sabtu, dimana dua hari sebelum hari kerja dan juga hari di akhir pekan. Bayangkan bagaimana macetnya...

Mengalami kemacetan seperti ini sangat dibutuhkan kesabaran. Sebisa mungkin kita tidak terbawa emosi dan akhirnya memperparah keadaan. Sama halnya seperti dalam sebuah hubungan. Hubungan yang dilanda cobaan dalam menghadapi masalah, merupakan ujian kesabaran bagi sepasang kekasih. Apabila tidak menghadapinya dengan kepala dingin, maka bukanlah tidak mungkin hubungan itu tidak akan berhasil dan akhirnya berbalik arah.

Mungkin, saat ini gue sedang berada di tengah-tengah kemacetan hubungan dengan sang pacar. Masalah internal kita menjadi penyebab tidak berjalannya komunikasi dengan baik. Tidak bisa dipungkiri gue susah mengabaikan perasaan. Mencoba usaha untuk memperbaiki masalah, malah dapat  memperparah keadaan. Gue gak tahu harus bagaimana lagi...

Menunggu mungkin adalah salah satu usaha satu-satunya sekarang.
Menunggu sebuah kepastian yang tidak juga pasti.
Tapi ada kalanya menunggu itu tidak akan ada gunanya sama sekali.

Karena apabila terjebak macet dalam waktu yang lama,
bisa jadi kita tidak akan pernah sampai ke tujuan.
Share:

Minggu, 26 Juni 2016

Kesibukan Akhir Ini

Eniwei,
sedikit pemberitahuan...

Gue sedang miskin waktu buat ngidupin kembali blog ini.
Meskipun banyak terjadi hal-hal yang menarik beberapa bulan kemaren, gue gak sempet buat nulis apa-apa.
But, gue masih moving forward dan masih seperti biasanya.

Sekarang ini gue lagi cuti akademik, dan belum diyudisium untuk kenaikan tingkat dan pangkat. Walaupun di kampus yang lain mereka-mereka sudah berbintang tiga, gue gak mikirin akan hal itu. Yang penting, ikutin arus aja. Iya kan? Cuti kali ini gue akan bener-bener mikirin buat nyelesein pendidikan di tahun terakhir ini. Gue mesti cepet-cepet nyari permasalahan dan judul buat laporan akhir nanti. Hingga waktunya tiba... gue akan magang dan diuji secara langsung oleh dosen pembimbing.

Disamping itu,
di waktu luang gue mulai ngelanjutin draft tulisan-tulisan gue yang udah lama tersimpan,
dan mulai ngerangkumin mereka menjadi satu tulisan yang utuh. Mungkin suatu saat nanti akan menjelma menjadi sebuah semi autobiografi novel.

On a lighter note:
'aku kangen sama kamu yang diseberang sana'

mulai nulis lagi
Share:

Jumat, 25 Maret 2016

masalah yang belum terselesaikan

Gue sering ngerasa addict dengan orang yang gue sayang, kangen banget kalau gak ketemu dan bisa sama-sama untuk waktu yang cukup lama. Ngerasa sayang, sampai-sampai kalau ada orang yang ganggu-gangguin dia gue bakalan dengan galak teriak "Engga boleh! Mau apa kau gangguin dia?!". Perjalanan panjang dan pengorbanan lebih untuk menjalin hubungan, setelah dipikir-pikir, udah lebih dari cukup untuk merasakan sebuah kenyamanan dengan pasangan kita masing-masing.

Namun, menjalin hubungan dengan orang yang berbeda prinsip dengan kita mempunyai satu kriteria khusus: sanggupkah kita, setelah membaca lembaran demi lembaran hidup masing-masing, mengenal diri masing-masing lebih dalam, tumbuh bareng, komitmen untuk bersama dalam hubungan yang lebih serius, dan pada akhirnya, dipertemukan dengan sebuah pilihan yang dilematik. Kita hanya bisa diam, gak tau apa yang harus dilakukan, karena tidak ada satupun yang bisa ditentang. Sanggupkah kita, berdua untuk bergandengan tangan saja dalam sebuah perbedaan? Sanggupkah kita, untuk sesaat saja berada dalam suasana sunyi yang penuh kenyamanan?

Sanggupkah?

Pertanyaan itu tidak bisa dijawab dengan jawaban simpel seperti: "Kalau emang gak bisa dan gak mampu, jangan dipaksakan, cari aja yang baru, mungkin dia belum jodohmu". Well, tapi untuk direnungkan, dan dipikirkan, "Bukankah perbedaan itu diciptakan untuk dipersatukan?"

Dan pada akhirnya, kita hanya bisa berkata, "Oh, bagaimana kalau kita tulis dan ukir kisah kita berdua sendiri. Cerita dari hasil pemahaman kita atas diri masing-masing, dan ekspetasi apa yang mungkin nanti terjadi".
Share:

On In Love

The first rule of blogging:
write what you feel.
Tulislah perasaan paling kuat yang lagi kamu rasakan.

Well, gue lagi jatuh cinta, untuk yang kesekian kalinya,
dan gue ingin menulis tentang itu.

Sekarang ini masalahnya. Gue agak takut menulis tentang cinta. You know, tulisan tentang cinta, adalah tulisan yang paling susah untuk ditulis. Karena terkadang, tulisan tentang cinta-cintaan ini masih dianggap abstrak. Alay. Lebay. Gue gak mau tulisan yang gue buat terlihat seperti tulisan ABG yang salah gaul, seperti tulisan-tulisan gue tentang cinta beberapa tahun lalu, yang terlihat sangat menya-menye.

Oke,
setelah gue liat-liat lagi blog gue, sepertinya terjadi kesalahpahaman dari beberapa orang. Bagi yang menduga gue break sama cewe gue gara-gara baca tulisan ini, disini gue bilang: GUE GAK PUTUS!

Mungkin iya kemaren gue nulis postingan tentang brokenheart, tapi kalo putus.. BY GOD, ITU TIDAK BENAR! GUE GAK PUTUS! As you know, gue masih jalan kok sama dia. Tanggal 4 kemaren kita udah jadian yang ke 16 bulan. Dan di saat itu gue sempet nyuri-nyuri waktu buat ketemu dia di sela-sela mau berangkat ke Bagansiapiapi...

Gue nelpon dia gitu kan...
"Halo kamu dimana? udah masuk dalam bus?"
"Iya, aku udah di dalem ini"
"Kamu bus yang mana? ketemuan bentar yuk, aku mau ngasih something buat kamu"
"Ngasih apaan? Ngapain, udah mau berangkat loh kita"
"Something"
"Yaudah, aku keluar nih ya"

Dan disitulah dia,
gue dateng nyamperin dia dengan megang kado disembunyiin di belakang badan.

Dan sewaktu gue udah balik duduk di dalem bus, hape gue bunyi tanda ada sms yang masuk.
"Selamat tanggal 4 yg ke 16 sayaaangku{} terimakasih yaaah<3 i love youuu"

Gue terbang melayang tinggi ke angkasa....
terus jatuh nyungsep karena terbangnya ketinggian.

Cewe gue yang sekarang sangatlah manis dan imut banget, baik, perhatian banget sama gue, dan terus terang pengen deket-deket dia terus. She's the perfectly thing in my eye. Hehe. Aduuuh sindrom jatuh cinta nih. Bunga-bunga di mana-mana.

Gue emang banyak memikirkan banyak hal sebelum jadian sama dia. Seperti yang pernah gue tulis dulu, gue kalo udah jadian sama seseorang ya udah ituuu aja untuk seterusnya. Capek kalau harus pindah-pindah hati lagi, nyari lagi, pedekate lagi, jalanin lagi dari awal. Kalo udah nyaman dengan yang satu, gue males buat nyari yang lain. Kalo mau dibilang alay, dia itu gue anggap sebagai rumah, yang bisa memberikan perlindungan dan rasa nyaman buat gue. Jadi gue emang banyak mikir tentang dia, nelpon dia, ketemuan sama dia, jalan sama dia. Tapi anehnya, semakin gue berpikir tentang dia, semakin gue yakin kalau gue emang pengen berkomitmen serius dengan dia.

Entahlah, she's just so sweet, nice and genuinely lovely.
Doakan kami ya...

Intinya, dari semua ini, cuma satu kalimat,
kalimat paling primitif untuk mengungkapkan semuanya: 'aku sayang kamu...'

So, I'm welcoming you to my life.
Now, let's do this together, love :)
Share:

Rabu, 23 Maret 2016

Laporan.. AH!!

Shit, lagi susah banget mau ngepost blog.

Biasa, koneksi internet lagi eror, ditambah koneksi internet di kantor primitif banget, jadi dari kemaren mau login blog gak bisa-bisa.
Huhuhu.

Sekarang gue lagi nulis di kantor lewat notepad, kebiasaan gue nulis draftnya dulu baru setelah itu gue posting setelah nemu koneksi yang bener-bener stabil. Anehnya, kalo di induk semang koneksi internetnya cepet banget, tapi kalo udah online di kantor koneksinya gak lebih dari 10kb/s, padahal signal barnya tinggi loh. Ah, entahlah.

Sekali lagi,
ini daerah yang sangat primitif jauh dari peradaban.

So, what i've been up to? Yang jelas, mulai minggu ini gue mesti nyelesein laporan penelitian gue. Ini berarti, sebagai praja politik yang pintar, gue harus membenamkan kepala ke dalam tulisan-tulisan tentang LSM, mantengin laptop supaya gue bisa cepet nulis laporan, dan NYOGOK dosen pembimbing supaya gue bisa dikasih nilai A.

Gue sih udah sempet berniat nulis laporan ketika di induk semang ataupun ketika di kantor, tapi ada aja alesan buat gak nulis. Kemaren, pas lagi mau nulis, gue malah nonton film First Kiss di ruang aula. Kemaren malam pas laptop udah di depan muka, gue malah online gak jelas. Intinya: laporan gue gak kelar-kelar. Maafkan hamba-Mu ini, yaowoh.

Begitu datang ke kantor, gue udah siap kerja di depan laptop. Tapi begitu laptop udah terbuka di depan mata, gue bengong. Gue bener-bener gak siap. Bingung mau nulis apaan. Begitu ketemu sama orang-orang kantor, gue langsung ngobrol lamaaaaaaa sampai ketawa-ketawa. Memang, abang-abang sama kakak-kakak di kantor gue emang kocak, gokil, dan suka bercanda.

Kalo feelnya udah dapet banget, palingan gue ngerjain cuman satu jam aja, tapi itu gak jelas nulis apaan. Mungkin seharusnya gue copy-paste aja laporan senior gue dulu, trus gue bilang ke dosen pembimbing: Pak, saya belom bikin laporan, Pak. Ini saya pakai laporan angkatan 23 dulu. Ampun Pak. Tolong jangan kasih saya D, Pak. Tolong ya Pak. Nanti Bapak saya doakan supaya tetep fangki dan wangi. Oh ya Pak, pinjem kacamatanya dong, kacamata Bapak keren banget.

Politik oh politik. Gue sering ditanyain orang, 'Bay, kenapa sih kamu mau kuliah di IPDN?'. Jawaban gue sangat simpel, 'KATANYA LULUSNYA GAMPANG, LANGSUNG JADI PNS DAN DAPAT DUIT BUANYAK.' Tapi, apakah itu benar saudara-saudara?
TIDAK! GUE TERJEBAK!

Tapi ah, hidup terus berjalan.

Eniwei, gue mau nulis ngelanjutin draft gue.
Masih ada setidaknya dua draft yang belum selesai ditulis.
Laporan?? Ah, EPEN KAH!!!
Share:

Senin, 07 Maret 2016

Mood! Mood! Mood!

'Gimana sih caranya ngebangkitin mood buat menulis?'

Wuidih. Itu emang susah. Selama empat tahun nulis blog ini, tak jarang gue sangat-sangat terbentur masalah mood. Biasanya mood gue berada di rumah, ide udah banyak ke kumpul, begitu keluar jalanan mood gue berantakan gara-gara so many of distraction.

Bagi gue, penghancur mood nomor satu: GALAU.

Udah jadi peristiwa lazim setiap gue ngerasain galau, perasaan gue jadi gado-gado. Belom lagi kalo udah baper. OH GOD, ORANG-ORANG ITU. Orang-orang yang gue benci udah kayak parasit buat gue. Gak tau diri. Kalo gak ada hukum di negara ini, gue pasti udah ambil pisau trus ngebunuh orang-orang yang gue benci. Tiap kali mayatnya kejang-kejang meregang nyawa, gue tinggal berdiri puas sambil teriak-teriak, "HUAHAHAH MAMPUS LO!!! HUAHAHAHAHAH!!!!!"

Gue termasuk orang yang sangat bergantung pada mood.
Tapi ini masalahnya: kalo mood diikutin.. tulisannya gak selesai-selesai.

Jadi, salah satu cara buat dapetin mood bagi gue adalah nonton/baca segala sesuatu yang komedik. Makanya, di atas meja belajar gue, pasti ada barang-barang ini: novel-novel, dan laptop yang berisikan film-film komedi.

Gue percaya you are what you read. Temen gue yang kebanyakan baca teenlit, misalnya, tulisan dia jadi agak-agak galau. Temen gue yang kebanyakan baca daftar belanjaan, tulisan dia jadi ngomongin sayuraaaaan melulu. Nah, gue membiasakan diri banyak-banyak baca tulisan komedi biar mau gak mau otak gue terbiasa ngeklik sama humor.

Mungkin penulis buku cinta-cintaan punya teknik ngebangkitin mood sendiri. Bisa dicoba dengan nyalain lilin-lilin kecil, pake aromaterapi yang harum, siapin kondom (lho?!). Lalu mulai deh menulis di atas bed. Contoh lain, penulis buku SMS Gaul, bisa nyoba nulis di toko hape.

Selama nulis blog akhir-akhir Nindya Praja ini, mood gue naek turun. Gue pernah tiduran di bed dengan laptop di sebelah gue, memandang langit-langit kamar, sambil telponan sama sang pacar.. nungguin mood gak dateng-dateng.. SELAMA DUA JAM. Dua jam gue kayak orang bego, diem aja. Kok mood gue gak dateng-dateng ya? Akhirnya gue ketiduran.

Tapi, gue juga pernah pulang ke wisma sehabis apel malam, buka laptop. Dan nulis, nulis, nulis. Ketawa-ketawa sama tulisan sendiri. Gue rasa kalo pas nulis lo lagi in-the-mood banget, pasti bakalan berasa. Rasanya tuh kayak sseeeeeeeeeerrr gitu deh. Adem-adem gimanaaa gitu. Kayaknya just keep flowing and flowing and flowing like water.

Selama praktek lapangan di Bagansiapiapi ini,
gue pengen mood nulis gue on lagi.

Oke deh, mulai nulis!!!
Share:

Jumat, 04 Maret 2016

The Fucking Jepi

Boleh jadi sewaktu masa bintang satu dulu gue bermasalah dengan pengasuh gara-gara foto model, boleh jadi dulu gue pernah ketangkep pake hape berkamera, tapi gak ada yang lebih mengenaskan daripada ketangkep pake hape kamera sewaktu ngerjain ujian. Fak, gue hanya bisa bersimpuh di lantai sambil tereak-tereak minta dipukulin sampe mati.

Jadi ceritanya...
sumpah, ini jangan ditiru!!

Ceritanya hari ini tadi gue ikut ujian tengah semester mata kuliah Pemerintahan di Asia Tenggara. Hari yang terakhir. Mata ujian yang terakhir. Dan gue zonk! Gue adem aja waktu itu nulis jawaban ujian karena sebagian udah gue kerjain, dan di saat detik-detik terakhir pengawas sialan itu ngampirin gue dari belakang, dan...

Terjadilah tragedi itu.

Saat itu gue lagi buka-buka google buat nyari jawaban soal terakhir, karena trik toleh kanan-toleh kiri udah gak bisa karena anak-anak yang lain juga pada kebingungan. Sialnya, pengawas itu ngedapetin gue lagi asik mencet hape.

Awalnya gue bilang sama doi, tolong bang jangan diambil dulu bang biar nanti kita bicarain dulu. Gue udah berusaha ngelobi dia dengan sok-sok pasang muka sedih. Kampretnya si pengawas itu kayaknya pengen gue hidup sengsara, dia tetep minta hape gue dengan mukanya yang sok digantengin. Gue hanya bisa pasrah nyerahin hape itu, dan diem tanpa bicara lagi sepatah katapun. Gue hanya menatap nanar sewaktu pengawas memasukkan hape itu ke dalam kertas ujian dan menuliskan surat berita acara buat gue. Gue udah gak bisa ngebayangin apa yang akan terjadi dengan nasib gue kedepannya.

Temen-temen gue hanya bisa memandangi dengan ekspresi muka "bay..bay..kenapa lo jadi bego banget sih".

Aaarrghhh kampret memang, fucking your damnit shit!!

Udah ah, gue gak mau cerita lebih banyak lagi.
Intinya, gue udah gak punya hape lagi sekarang.
Yang merasa iba atau yang punya rasa belas kasihan buat nyumbang, biar gue bisa beli hape baru lagi, silahkan hubungi gue.
Nanti gue kasih nomer rekening.

Salam fuck you,
buat lo,
Jepi kampret!!!
Share:

Rabu, 02 Maret 2016

Saya Membuncit Dengan Sangat Tidak Stabil

Perut gue jadi buncit nih sekarang.

Gila, biasanya gue pake baju yang ngepress sekarang pake PDH udah berasa kayak pake baju anak TK. Sempit banget. Celana gue aja sekarang udah gak sanggup dikancing lantaran perut gue udah memberojol keluar. KENAPA JADI GAK MUAT?! Oh, ini sungguh buruk. Kenapa gue jadi buncit gini?!

Temen-temen gue pada bilang gini kan,
"Ih jadi chubby ya sekarang..."
"Ciyee pipinya..udah tembem..."
"Bang bayu gendutan ya sekarang, tapi cuman pipinya..."

Sampe-sampe yang parah gue ngedapetin junior gue pada cengar-cengir di menza sewaktu gue jarko.
Gue tanyain aja kan, "apa kau?! senyum-senyum?"
Dia jawab, dengan kekurangajarannya, "pian balamak ka ai" (kamu gendutan kak)

What the fuck with 'kamu gendutan'!!

Gue buncit, dan gue gak gendut!

Akibatnya gue papasan sama temen gue dia selalu nyapa gue dengan ledekan "tembem".
Temen-temen gue selalu bilang, tahan tuh perut lo, udah kayak orang busung lapar tau.

Mungkin ini akibat dari tiap malem kerjaannya makan minas dobel. Kalo makan di menza pasti selalu nambah, kalo lauknya lagi enak gue berlari ke meja piket buat minta makan lagi. Kalo pagi siang malam selalu minum susu coklat, dan sebelum tidur pasti ngemil roti dan minum susu lagi. Disamping itu, gue udah jarang banget olahraga.

Wajar,
saya membuncit dengan sangat tidak stabil.

Secara general gue suka nulis, karena gue hidup dari hal yang gue senangi, dan ini berarti gue menyenangi hidup gue. Sedangkan gue nulis blog, karena gue emang dari dulu terbiasa menulis blog, tiap kejadian sehari-hari gue tulis di blog, dan agak aneh untuk engga nulis blog sama sekali. Plus, blog gue sekarang juga lebih jadi semacam sarana kabar-kabaran ke pembaca, dan tempat "perluapan emosi" gue. Sekarang motivasi gue menulis, gue gak kepengen jadi "orang biasa aja"..

Seperti yang gue inget dalam sebuah film:
Because there's nothing worse in life than being ordinary.
Share:

Selasa, 01 Maret 2016

Dan Di Saat Ini Gue Berpikir Atas Hal Yang Tidak Jelas

Sekarang, kita ngobrolin apa ya?

Hmmmmmmmm, banyak...

tapi gue gak tau harus mulai dari mana.

Kadang ada banyak yang ada di kepala gue, tapi gue gak tau gimana cara menuliskannya, karena... well, saking banyaknya. Saking pusingnya. Something happened and I have been thinking heavily ever since. Gue coba tarik napas dalem-dalem, dan coba gue urain satu persatu apa yang bersliweran di kepala gue saat ini, gue coba biarin jari gue gerak sendiri, menyampaikan apa yang ada di kepala.

Here goes:

1. Gue gak pernah ngerti sama diri gue sendiri kenapa terkadang sebuah hal yang (kayaknya) kecil bisa begitu jadi besar buat gue. Bisa ngebuat gue marah, kecewa, dan gue gak pernah ngerti kenapa semua hal ini bisa berubah seperti kanker yang menyebar dan menggerogoti perasaan gue sendiri... lama-lama ngebunuh dari dalam... dan mati. Gue gak pernah mengerti bagaimana harus mensiasati ini. Gue gak pernah ngerti, kenapa, perasaan gak enak selalu menghantui pikiran gue. Kenapa? Kenapa gue gak bisa membuat semua ini seolah gak nampak, dan jalan terus. Kenapa? Kenapa? Kenapa gue harus membuat semua hal bisa seperti apa yang gue inginkan? Kenapa gue harus melakukan hal yang demikian sementara gue gak memperdulikan perasaan orang lain? Apakah gue seegois itu? Mungkin ini kutukan sekaligus berkah menjadi seorang posesif, perfeksionis... atau menjadi orang yang tak pernah puas?

2. Gue sangat kagum bagaimana sebuah kejadian bisa terjadi. Katakanlah begini, jika seseorang menikah karena kenalan di facebook, bagaimana jika facebook tidak diciptakan? Bagaimana jika komputer tidak diciptakan? Mereka mungkin akan menikah dengan orang lain, dan cerita hidup mereka akan completely berbeda, anak-anak yang berbeda, nasib yang berbeda. Setiap elemen-elemen dalam semesta ini mempertemukan kita ke jalan yang kita ambil. Apa ini semua sudah diatur, atau kita membuat ilusi bahwa sesungguhnya kita bisa mengatur ini? Apakah, perpisahan juga sudah diatur rapi? Ya, itu pertanyaannya, jika pertemuan seseorang direncanakan oleh "nasib", apakah perpisahan juga seperti itu? Dan jika iya, siapa yang bisa disalahkan?

3. Bagaimana kita tahu apa yang kita pilih itu "benar"? Bagaimana kita tahu apakah kita akan bahagia dengan pilihan kita. Aksi kita. Konsekuensi kita. Apakah dengan segala perjuangan dan pengorbanan yang sudah sekian lama dilalui mampu membuat semua hal itu menjadi sesuatu yang tidak sia-sia?

4. Siapa bilang takdir tidak dapat diubah? Kalau memang takdir tidak bisa diubah, buat apa Allah memerintahkan kita untuk berdoa dan berusaha? Lebih jauh dari itu, siapa pula yang memberi tahu kepada kita bahwa takdir kita akan begini atau begitu? Lalu atas asumsi itu, kita diam saja tidak bekerja atau berusaha, karena beranggapan semua sudah pasti sudah ditentukan oleh-Nya.

5. Belakangan ini, gue tertarik dengan buku 2 States, Ta'aruf, Kupas Tuntas ****, dan Menjadi Laki-Laki. Tetapi, buku-buku itu juga yang sebenarnya pengen gue hindari. Jangan tanya kenapa.

6. Apabila gue udah menemukan tempat yang nyaman, gue gak mau nyari dan pindah ke tempat yang lain lagi. Karena belum tentu tempat yang lain sama, atau senyaman yang sekarang. Begitu pula dengan cinta. Apabila gue udah nyaman dengan satu orang, gue gak mau nyari yang lain lagi. Walaupun itu bagus, menurut sebagian orang. Karena belum tentu orang itu nyaman buat gue.

7. Sebisa mungkin gue terbuka dengan orang gue percayai. Dan sebisa mungkin juga, gue membuka semua kekurangan gue kepada orang yang gue sayangi.

8. Hari ini gue baru menyelesaikan ujian tengah semester hari pertama. Dan tanggal 5 Maret nanti gue bakal pergi praktek lapangan yang ke-3 di Kota Bagansiapiapi.

9. Nulis postingan ini lampu kamar gue udah mati, dan gue sendirian dalam keheningan bersama tulisan gue. Entah perasaan apa lagi yang berada di benak gue malam ini.

10. Gue lagi nunggu kabar dari seseorang.

?##@!!%?

Gue nulis apa sih? Buset, gue bahkan gak tau gue nulis apa.

Persetan.
Mohon maaf telah menyampah.

Be right back. Lagi perlu mikir.
Share:

Jumat, 26 Februari 2016

Writing Mode: ON !

Man, ternyata nulis itu ngangenin.

Udah lama banget gue gak lama diem di depan laptop, ngetak-ngetik sambil ketawa sendiri bikin tulisan buat blog. Haaaaaaah. Selain itu, gue juga kangen banget dengan tulisan-tulisan gue dari awal gue nulis postingan di blog ini, gue baca berulang-ulang, dan gue bilang pada diri sendiri: "Gilaa, gue kangen banget nulis."

Minggu ini, entah kenapa, gue lagi semangat-semangatnya memulai nulis blog kembali. Kenapa gue bilang kembali? Karena beberapa bulan yang lalu gue sempet nulis di draft blog, terus laptop gue rusak, dan gue pun hampir beberapa bulan engga bersentuhan laptop bersama dengan draft tulisan gue. Cerita lengkap ada di sini. Sambel.

Seperti biasa, pas mau nulis blog, gue udah siap ngumpulin notes gue di hape yang selama ini gue kumpulin. Ato kalo engga, gue buka tulisan-tulisan di notepad laptop. Memang kebiasaan gue dari mulai punya blog (pas masih jadi cowok ABG kiyut berumur 17 tahun) adalah mencatat hal-hal lucu yang gue alamin di notes. Pas dilihat sekarang ternyata udah banyak banget.

Lalu, untuk mencari inspirasi, gue juga ubek-ubek buku catatan gue dan ngeliatin tulisan-tulisan yang pernah gue tulis. Gue juga liat kembali beberapa tulisan yang gak sengaja gue tulis sewaktu lagi bosen dengerin ceramah dosen di kelas.

Setelah gue baca-baca, gue nemuin tulisan tentang berbagai masalah-masalah yang gue alamin belakangan ini. Banyak banget hal-hal yang gak sempet gue ceritain. Hampir satu tahun. Dan itu membuat gue jadi bingung, dari mana gue harus memulai cerita ini kembali.

Seperti biasa, begitu gue mulai nulis, gue tiba-tiba berubah jadi orang yang suka menunda-nunda waktu. Sewaktu masih punya laptop kemaren, biasanya yang kejadian sama gue seperti ini: pas lagi santai gak ada kerjaan "Ah, nulis blog lagi ah!" tapi begitu mau nulis gue beralasan "Entar aja deh pas abis menza siang". Begitu udah menza siang, gue malah mikir "Entar ah, sore aja abis bangun tidur." Begitu selesai tidur siang, kegiatan padat dan gue beralasan "Nanggung, nulisnya malam nanti aja lah biar tenang." Sampe malam hari lebih parah, "Ah, cape banget apel malamnya lama banget yang ngambil Pak Rui". Alhasil? Gue langsung tidur. Ulangi terus tiap hari.

Kalo gak ada alasan, bukan gak mungkin gue bikin alasan sendiri. Biasanya kebiasaan ini gue akalin dengan cara memaksakan diri untuk nulis. Gak bisa engga, pada malam hari gue harus nulis. Mau tulisannya jelek, juga gak papa.. toh besoknya baru akan gue benerin. Tulisan jelek lebih baik daripada tidak ada tulisan sama sekali. Lagian, nulis satu cerita aja bisa sampai beberapa draft, masih ada kemungkinan buat diperbaiki di kemudian hari kalau mood gue lagi bagus.

Hufft,
dalam beberapa hari ini gue akan berusaha buat aktif lagi nulis.
Karena sekarang, yang gue liat sendiri, gaya penulisan gue gak sedikit udah banyak yang berubah.
Dari tulisan awal blog, gaya penulisannya ke anak ABG-an banget: alay!
Ke tengah-tengah, udah agak bitter sweet.
Dan sekarang... entahlah, kalian yang bisa nilai sendiri.

Oke, cukup sekian pemberitahuan dari gue.
Setelah hampir satu tahun blog ini hiatus panjang.

Salam cenat-cenut!
Share: