Jumat, 15 Juli 2016

Planning dan #dancobroders

Gila. Satu minggu kemaren jadwal gue kayak pantat.
Bener-bener bikin pusing.
Jumat minggu lalu masih dalam suasana-suasana lebaran ngumpul dengan keluarga besar di Banjarbaru dan pulang hari itu juga, sabtu balik lagi ke Banjarmasin menghadiri acara halal bi halal warga Tapin dan ternyata gagal total, senin pas hari pertama masuk kerja gue menemui lurah di kantornya buat minta tandatangan dan disambut dengan sokon yang datang berkunjung dari Banjarbaru, selasa pergi ke SMA buat melegalisir ijazah dan pulangnya langsung menghadap Kepala BKD serta menjalankan rutinitas dengan purna-purna hingga sore hari, rabu ngumpul dengan IKAPTK Kabupaten Tapin, kamis pergi menemani sokab gue ke kantor BPPKB buat minta data dan pulangnya langsung menengok latihan capaskibraka Tapin di alun-alun, disamping itu tiap harinya gue meluangkan waktu buat ngumpul dengan keluarga dan temen-temen hingga malam hari, dan hari ini, Jumat: gue baru bisa beristirahat dengan tenang. Satu hal yang bisa gue katakan untuk menggambarkan seluruh kegiatan tersebut: DENGKUL KERING.

Gue inget, malam hari raya minggu kemaren saat ngumpul dengan temen-temen mereka ngomong:

Mereka: eh, malam ini koala kumal sudah tayang laaah..
Gue: HAH?

Gue yang awalnya pertama kali merencanakan buat pergi nonton bareng mereka minggu kemaren,
lupa.

Mereka: jadi pabila jua kita caow nih? (jadi kapan juga kita berangkat?)
Gue: terserah, aku akur aja.
Mereka: ya langsung, atur!

Dan terjadilah hari-hari berat itu.
Pada akhirnya, kami baru bisa menetapkan perjalanan kami sabtu besok hari buat berangkat sama-sama.

On the other side, di saat yang sama kita kumpul-kumpul dengan temen-temen malam itu, gue ketemu lagi sama 'masalalu'. Ya, masalalu yang sempet ada di blog ini. Sekarang kita udah biasa aja, temenan sewajarnya. Lupakan... sekedar informasi.

Pada jam 22:00, kita beranjak pergi ke kawasan Rantau Baru buat ikut pelepasan lampion. Kalo boleh jujur, gue kesana karena ingin melepaskan lampion dengan seseorang. Gue udah nyoba ngubungin dia lewat line dengan akun yang masih ada di hape gue. Gak ada tanggapan, gue berinisiatif buat datang sendiri kesana dengan membawa temen-temen gue segerombolan. Gue yakin dengan pasti, dia pasti memang akan kesana juga.

Di perjalanan gue berpikir banyak, seru aja rasanya kalau bisa ngobrol dengan salah satu orang yang kita taksir dulu, kita jadi tahu apa yang salah dan jadi sedikit lebih ngerti lebih jauh tentang diri gue sendiri. Dan dalam hubungan gue dengan Ika pacar gue selama ini, kita udah sering terjadi komunikasi yang gak lancar. Masalah internal kami, masih menjadi bayangan yang mencampuri perasaan gue. Setidaknya, untuk saat ini, dengan hubungan yang tidak pasti ini dengan Ika, gue sambil membuka hati untuk orang lain (yang mungkin lebih baik dari dia).

Satu jam kemudian, di tengah-tengah pelepasan lampion,
dia, ehm, "yang diharapkan", berjalan mendatangi gue.

Pertanyaan itu pun timbul: Apakah dia ini, yang gue cari?

Perasaan gue saat itu, perasaan aneh saat ingin menyelesaikan masalah yang pasti tidak bisa diselesaikan dan berusaha untuk menemukan orang yang tepat menjadi semacam pencerahan bagi gue. Bagi gue, mulai saat ini gue akan baik-baik aja.

Mungkin, dan terbesit rasa yakin dalam diri gue, hubungan gue dengan Ika memang tidak akan berhasil. Walaupun seberapa keras kita berdua menyelesaikan masalah itu, gue tetap tidak bisa melawan prinsipnya dan mematahkan hati orangtuanya.

Sekarang, gue udah mulai mencari seseorang, berusaha menemukan kecocokan kembali dengan orang lain, menemukan sisi-sisi romantis yang baru, sesuatu untuk diingat di masa depan. Walaupun gue tau itu memang tidak mudah.

Seperti dengan dia "yang diharapkan" ini.
Sedangkan perasaan gue untuk saat ini, digambarkan jelas oleh kalimat dalam film 3 Idiots:
"All is well"

Dan di kamar,
lagu Those Years-nya Hu Xia membuat gue pengen jungkir balik.
Share:

Sabtu, 09 Juli 2016

Postingan Di Tengah-Tengah Kemacetan

Gue lagi di tengah-tengah jalan mau ke Banjarmasin, dan gilaaaaa macetnya parah minta ampun. Udah satu jam lebih mobil gue gak bisa bergerak satu senti pun.

Memang hari ini adalah puncaknya arus balik setelah lebaran. Orang-orang pada balik ke kota dan mulai masuk kerja hari senin nanti. Dan ini adalah hari sabtu, dimana dua hari sebelum hari kerja dan juga hari di akhir pekan. Bayangkan bagaimana macetnya...

Mengalami kemacetan seperti ini sangat dibutuhkan kesabaran. Sebisa mungkin kita tidak terbawa emosi dan akhirnya memperparah keadaan. Sama halnya seperti dalam sebuah hubungan. Hubungan yang dilanda cobaan dalam menghadapi masalah, merupakan ujian kesabaran bagi sepasang kekasih. Apabila tidak menghadapinya dengan kepala dingin, maka bukanlah tidak mungkin hubungan itu tidak akan berhasil dan akhirnya berbalik arah.

Mungkin, saat ini gue sedang berada di tengah-tengah kemacetan hubungan dengan sang pacar. Masalah internal kita menjadi penyebab tidak berjalannya komunikasi dengan baik. Tidak bisa dipungkiri gue susah mengabaikan perasaan. Mencoba usaha untuk memperbaiki masalah, malah dapat  memperparah keadaan. Gue gak tahu harus bagaimana lagi...

Menunggu mungkin adalah salah satu usaha satu-satunya sekarang.
Menunggu sebuah kepastian yang tidak juga pasti.
Tapi ada kalanya menunggu itu tidak akan ada gunanya sama sekali.

Karena apabila terjebak macet dalam waktu yang lama,
bisa jadi kita tidak akan pernah sampai ke tujuan.
Share: