Selasa, 24 Februari 2015

Difference ≠ Forbidden

Mohon izin kepada GPearl, pemilik akun blog kisahkuceritaku13, saya meminjam salah satu tulisannya untuk saya pajang di blog ini. Postingan tentang Cinta Tapi Beda itu sangat bagus, dan yang pasti, itu terjadi juga pada realita kehidupan saya. Maka dengan itu saya mohon izinnya untuk memasang tulisan itu di blog Bayulicious ini.






Cinta Tapi Beda.

Katanya itu adalah sebuah nama film drama Indonesia yang lumayan populer. Katanya juga, film itu berhasil merebut hati anak-anak remaja yang suka dan doyan cerita romantis mengundang tangis. Tapi entah kenapa, gue yang movieholic, engga tau kalo film tersebut sempet nongol di layar lebar.
Oke, mungkin gue nya yang emang kudet.

Menurut tulisan yang gue baca, film itu mengisahkan seorang cewe yang beragama katolik dan seorang cowo yang beragama muslim memutuskan menjadi sepasang kekasih, yang bahkan berencana menuju pelaminan. Namun sayangnya, mereka terhalang restu akibat perbedaan agama keduanya. Gue rasa perbedaan agama emang udah menjadi topik dan masalah umum di kalangan anak muda dan masyarakat sekarang ini. Tapi ada satu perbedaan yang paling ngenes menurut gue, yaitu: perbedaan kontingen.

Kontingenisasi dalam suatu sekolah kedinasan adalah hal yang umum ketika semua mahasiswa atau peserta didik dari asal pendaftaran yang sama berkumpul dan memperlihatkan identitas tiap kontingen. Dan ada satu dilema dan kegalauan luar biasa kronis dalam sekolah kedinasan. Yah, gue engga tau apakah semua senior di sekolah kedinasan punya aturan yang sangat aneh dan konyol ini, yaitu aturan yang mengharamkan bagi setiap kontingen untuk tidak boleh jatuh cinta sama lain apalagi pacaran! Bukan perbedaan agama lagi yang menghalangi seperti di film Cinta Tapi Beda, tetapi perbedaan asal pendaftaran. Aneh banget kan??

Penyebabnya sampai sekarang masih berupa tanda tanya besar, ada yang berpendapat aturan itu normal-normal aja, sah-sah aja, tapi kebanyakan menganggap aturan itu melanggar hak asasi manusia untuk jatuh cinta. Engga masuk akal banget, gue pikir.

Dari beberapa sumber yang udah melanggar aturan tersebut, gue sedikit terharu tapi juga tertawa mendengar kisah-kisah mereka yang penuh perjuangan menyembunyikan hubungan mereka agar tidak diketahui senior atau teman seangkatan. Ada yang terpaksa hanya bisa melihat dari jauh, menunggu liburan tiba bahkan ada juga yang siap menerima konsekuensi dengan langsung meminta restu dari saudara sekontingen pasangannya tersebut, tapi tentu saja harus dibayar dengan harga yang sangat mahal.

Menurut gue pribadi, perasaan itu bisa datang kapan aja dan dimana aja, bukan salah mereka yang sedang jatuh cinta memang, hanya waktu dan tempatlah yang kurang pas, tapi semua itu jadi lebih menarik untuk dikenang karena ada unsur perjuangan dan kesabaran yang tidak kita temui pada pasangan-pasangan lain diluar sana yang juga mengalami masalah perbedaan, masalah cinta tapi beda kontingen hanya dapat kita rasakan di sekolah kedinasan ini. Pahit dan manisnya berasa banget.

Nah intinya sekarang, cinta tapi beda kontingen ini gue alamin sendiri di kehidupan gue. Gue engga ngerti dengan adanya aturan konyol itu yang mengharamkan sepasang insan manusia untuk menyayangi satu sama lain. Pengalaman gue ngerasain cinta tapi beda kontingen ini bener-bener bikin gue mules...

(to be continued...)
Share: