Rabu, 03 Agustus 2016

Belajar Dari Seorang Pramugari

Ketika duduk sendirian di sebuah tempat makan di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta,
gue tersadar:

Sebuah perpisahan tidak seharusnya diiringi dengan kesedihan.
Justru malah sebaliknya.
Kita harus dengan ikhlas melepas kepergian seseorang, dengan senyuman.

Seperti seorang pramugari Lion Air yang gue jumpai hari itu.
Dia, tanpa merasa kehilangan dari penumpang yang telah memberinya rezeki,
melepas kepergian mereka dengan senyuman manis.

Mungkin gue harus belajar dari seorang pramugari itu.
Gue harus dengan ikhlas merelakan kepergian si dia,
ya, dia yang saat ini sudah berubah status menjadi mantan.

Terima kasih.
Seperti yang pramugari itu ucapkan ketika para penumpang turun keluar dari pesawat.

Dengan senyuman manis tersungging di bibir, gue ucapkan:
Terima kasih.
"Terima kasih atas satu setengah tahun yang istimewa ini"
Share:

Senin, 01 Agustus 2016

Bipolar

Saat ini gue bener-bener gak bisa konsen buat nulis apa-apa.
Bener-bener gak bisa dapet mood yang enak.
Ketika mau nulis sesuatu, I'm totally blinded. Isi kepala gue seakan tersumbat oleh sesuatu yang gak bisa gue lihat sendiri.
Perasaan gue kacau.

Sudah kesekian kalinya, dan malam ini, gue berusaha duduk tenang di depan meja, mencoba untuk menumpahkan semuanya lewat tulisan.
Beberapa hari yang lalu, gue pengen banget nulis sesuatu. Saking antusiasnya, gue sampai membawa laptop ke rumah temen, berharap disana gue bisa dapet inspirasi. Ketika disana, kepala gue malah tiba-tiba puyeng. Kemarennya lagi, ketika dalam perjalanan pulang dari Banjarmasin, gue mencoba memejamkan mata sejenak di kursi belakang, berusaha mengingat hal-hal yang pernah gue lewati, dan menuliskan beberapa kata. Hasilnya, cuma kalimat-kalimat absurd tanpa makna. Intinya, dari sekian banyak masalah yang ada, gue gak bisa ceritakan semua.

Beberapa minggu ini pun pola tidur gue berubah drastis.
Gue hidup bagaikan kelelawar, bangun di malam hari dan tidur di siang hari.
Gue gak bisa tidur walaupun mata gue udah minta istirahat. Entah kenapa, tapi semuanya terasa aneh, ada perasaan dan pikiran yang tak biasa. Kadang, jam 3 pagi baru gue bisa tidur pulas. Akibatnya keesokan hari badan gue lemes. Bangun tidur pun ketika hampir azan zuhur berkumandang. Gue keluar kamar hanya untuk mandi dan makan. Abis itu gue nyambung tidur lagi hingga sore.

Keadaan kayak gini bener-bener bikin gue stres.

Hal ini membuat gue jadi berpikir satu hal:
apakah memang benar ini yang dinamakan manic depressive?
sebuah ketidaknyamanan bisa membuat perubahan buruk dalam hidup seseorang?

PS: besok lusa gue bakalan pergi sejenak, melakukan ekspedisi seorang diri, selama 4 hari...
mungkin gue sangat butuh liburan. tebak mau kemana...
Share: