Jumat, 14 April 2017

A Thousand Suns - Sebuah Cerita Tentang Ketakutan Akhir Dunia

Let's get out of the box!

Seperti yang kalian tau, gue adalah orang yang suka banget dengan cerita. Entah itu membaca cerita ataupun mendengarkan sebuah cerita. Gue membuat blog ini pun dengan tujuan adalah untuk bercerita kepada pembaca semuanya tentang daily life gue.

Mendengarkan dan mengetahui sebuah cerita tidaklah hanya lewat media tulisan seperti buku, novel, majalah, ataupun sebagainya. Tetapi bisa juga lewat sebuah nada-nada yang berisikan sejumlah pesan di dalamnya, yaitu sebuah lagu. Bagi sebagian orang, lagu adalah sebuah media untuk mencurahkan isi hati kepada orang yang mendengarnya. Namun, bagi sebagian orang ada juga yang berpendapat bahwa lagu adalah sebuah media untuk menceritakan sesuatu. Nah, begitu halnya dengan Linkin Park.

Linkin Park membuat keseluruhan lagu dalam A Thousand Suns membentuk satu tema khusus atau sebuah jalan cerita. Inilah yang disebut sebagai album konsep. Tiap-tiap track dalam A Thousand Suns direkayasa sambung-menyambung, baik irama maupun liriknya. Dari 15 track yang ada, hanya 9 track yang benar-benar lagu berlirik. Sisanya adalah interlude yang berisi sedikit/tanpa lirik, juga rekaman pidato-pidato terkenal dari J. Robert Oppenheimer, Mario Savio, dan Martin Luther King Jr. Dan disinilah maksud dari semuanya, bahwa A Thousand Suns mempunyai sebuah cerita yang ingin disampaikan kepada para pendengarnya, bukan hanya sekedar lagu semata.

Kalau disimak baik-baik dari lagu pertama sampai dengan terakhir, A Thousand Suns menyuguhkan sebuah cerita tentang ketakutan manusia pada akhir dunia mengenai perang nuklir. Berikut interpretasi gue :



1. The Requiem
Komposisi singkat yang moodnya haunting, dengan irama kelam dari dentingan piano, raungan gema synthesizer sebagai backgroundnya, serta suara Mike Shinoda yang dibuat sedemikian rupa menggunaan vocoder sehingga menyerupai suara perempuan yang bernyanyi dengan lirih.
The Requiem berisi penggalan lirik dari The Catalyst, yang merupakan sebuah prolog dari semua cerita lagu yang ada. The Requiem menggambarkan tentang perang nuklir, awal dari akhir dunia. Dimana para penduduk melihat dan mendengarkan dari media bahwa akhir dunia akan datang. Mereka memohon ampunan kepada Tuhan, karena mereka mengetahui hidup mereka akan segera berakhir.

2. The Radiance
Sambungan langsung dari The Requiem. Berisi potongan interview dari J. Robbert Oppenheimer mengenai reaksi beliau terhadap uji coba nuklir yang pertama kali. Kita bisa mendengarkan background suara bom meledak dan menimbulkan efek vibra yang sangat kuat. Efek suara tersebut langsung terhubung kepada lagu yang berikutnya.

3. Burning In The Skies
Diawali dengan efek vibra lanjutan dari The Radiance. Menggambarkan sebuah penyesalan karena menyadari kehancuran dunia disebabkan oleh manusia itu sendiri. Dan akhirnya, yang mereka dapatkan hanyalah kehilangan.

4. Empty Spaces
Komposisi terpendek dalam album. Diberi judul yang sangat cocok, karena menggambarkan bagaimana sebuah ruang hampa yang hening, hanya ada suara jangkrik di malam hari, lalu tiba-tiba bom-bom diledakkan, sehingga akan menyisakan ruang hampa kembali.

5. When They Come For Me
Lagu ini mengusung genre "Synth Tribal" dengan menggunakan beat gabungan dari drum, drum machine, perkusi akustik, serta dilapis dengan distorsi synthesizer. Merupakan sebuah kritik terhadap pemerintah yang biasa melakukan suap. Hal tersebut dapat dilihat dari lirik "I'm not a robot, i'm not a monkey, i will not dance even if the beat's funky". 'The beat' merujuk kepada uang, karena berhubungan erat dengan lirik "Lauren said money change a situation, Big said it increases a complication." Sehingga, lagu ini ingin memberitahu kalau kita sebagai manusia, kita tidak harus menjadi sebuah robot ataupun seekor monyet yang ingin melakukan apa saja demi uang. Kita tidak harus menjadi seperti pemerintah kita yang selalu melakukan suap, karena uang hanya dapat meningkatkan komplikasi dalam kehidupan.

6. Robot Boy
Lagu bernuansa kelam yang diiringi dengan beat piano bertempo sedang. Bercerita tentang seseorang yang bermasalah dengan ketiadaan empati. Mungkin dari sebagian orang ada yang merasa, ketika musibah datang kepada seseorang, dia merasa begitu kesepian dan merasa tidak ada yang peduli apapun terhadap dia. Inilah yang digambarkan dalam Robot Boy. Lagu ini berakhir dengan sebuah pesan bahwa dunia akan selalu ada, dunia akan selalu memberikan kekuatan untuk kita tetap bertahan. Lalu siapakah Robot Boy? Robot Boy hanyalah sebuah metafor terhadap seseorang yang mengurung diri, tidak pernah berbagi suka maupun duka, tidak pernah menunjukkan perasaannya, dan tidak pernah menjalin ikatan dengan siapapun, seperti halnya sebuah robot. Hal ini juga diperkuat dengan Chester, sang vokalis, yang selalu mendendangkan melodi yang selalu sama dan diulang-ulang terus.

7. Jornada del Muerto
Satu-satunya lagu berjudul berbahasa Spanyol, namun mempunyai lirik berbahasa Jepang. Jornada del Muerto sendiri diartikan sebagai Journey of the Deadman (Perjalanan Orang Mati). Lirik tersebut berbunyi : "Mochiagete, tokihanashite" yang diterjemahkan menjadi "Lift me up, let me go", yang juga merupakan penggalan lirik dari The Catalyst. Bukan sebuah kebetulan Linkin Park memilih judul ini, karena Jornada del Muerto adalah juga nama daerah di Amerika Serikat dimana disana terdapat Tularosa Basin, tempat uji coba bom nuklir yang pertama. Kalau disimak dan didengarkan baik-baik, lagu ini memakai efek vibra yang sama seperti The Radiance dan Burning In The Skies.

8. Waiting For The End
Diawali dengan melodi gitar beserta dentingan piano yang sama persis seperti The Requiem di sepanjang lagu, dan dipadukan dengan drum beatnya Rob Bourdon. Seperti sudah diketahui dari judulnya, lagu ini bercerita tentang penantian akan hari akhir. Berisi penyesalan masa lalu, yang hanya akan menyisakan kenangan pahit dalam hidup.

9. Blackout
Blackout menghadirkan warna Hybrid Theory dan Meteora khas Linkin Park dengan distorsi elektrik dan scratching khas Mr. Hahn. Lagu ini full berisikan tentang pemberontakan terhadap pemerintah yang selalu membuat keputusan yang buruk. Masyarakat merasa terbengkalai di dalam dunia pemerintahan yang ada, karena pemerintah selalu berbohong dan menyimpan rahasia mereka, serta mengambil semua hak rakyat. Dunia menjadi hancur, akan tetapi pemerintah membantah kalau hal itu bukan salah mereka melainkan adalah kesalahan masyarakat itu sendiri, sementara masyarakat menjadi tidak berdaya akibat dari kekacauan tersebut. Di akhir lagu, lirik lirih dari Mike Shinoda menggambarkan harapan masyarakat untuk dunia yang lebih baik di masa yang akan datang.

10. Wretches And Kings
Salah satu komposisi yang agresif setelah Blackout, diawali oleh pidato yang sama agresifnya dari Mario Savio tentang pemberontakan terhadap "The Machine", yang mungkin diartikan sebagai "otoritas negara". Dimana masyarakat dipaksa melakukan semua pekerjaan sementara "Sang Raja" duduk diatas mereka dan mengambil kendali semua perintah.

11. Wisdom, Justice, And Love
Potongan pidato dari Martin Luther King Jr. yang menarik kita dari situasi kelam menuju sebuah perenungan yang mendalam. Berbagai musibah dan bencana perang yang melanda, hanya akan membuat dunia menjadi lebih buruk dan bisa menghilangkan sifat manusiawi seorang manusia. Semua itu tidak bisa didamaikan kecuali dengan kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang.

12. Iridescent
Aransemen yang sangat uplifting dan lirik yang penuh pengharapan, mengajak kita untuk kembali mengangkat kepala setelah musibah yang teramat berat. Lagu ini mengajarkan kita bahwa hal buruk apapun yang kita lakukan di masa lalu, kita harus melupakannya dan membiarkannya pergi, dan belajar untuk terus berjalan maju, no matter what.

13. Fallout
Fallout mengulang pesan dari Burning In The Skies dengan menggunakan style vocoder. Suara robot yang penuh emosi, kemudian fallout (perlahan berhenti) menjadi suara manusia kembali, menyadari atas apa yang telah dilakukannya dan menyesali semua hal-hal buruk itu.

14. The Catalyst
Inilah lagu yang menjadi tema dasar dari keseluruhan A Thousand Suns. Lirik dalam lagu ini mewakili The Requiem, dan Jornada del Muerto. Lirik The Requiem diulang lagi disini, namun dengan aransemen yang berbeda. Begitu juga dengan Jornada del Muerto yang sebelumnya dinyanyikan dalam bahasa Jepang. Kali ini, lirik itu benar-benar berbahasa Inggris, yaitu "Lift me up, let me go". Keseluruhan materi dalam A Thousand Suns dirangkum ke dalam satu buah lagu The Catalyst. Bercerita tentang perang nuklir, dimana masyarakat yang berada dalam bahaya bom nuklir dan bermohon kepada Tuhan atas kesalahan-kesalahan mereka.

15. The Messenger
Dan akhir cerita A Thousand Suns ditutup oleh melodi akustik. Perpaduan yang sangat pas antara piano dengan gitar akustik, seakan-akan menjadi "pengantar pesan" kepada kita semua bahwa : Meski dunia ini penuh dengan kekejaman, kebencian, dan lain-lain, kita tidak perlu bersedih. Karena pada hakikatnya, cinta dan kasih sayang membuat kita tetap berbuat baik tanpa merasa kita berada dalam kepedihan. "Love keeps us kind" menjadi pengingat bagi kita semua, sekaligus menutup album yang sangat luar biasa ini. Maka dengan itu, semoga kita tidak dibutakan oleh kehidupan yang serba menyeramkan ini.

Well, segitu sulitnya kah album A Thousand Suns ini untuk dicerna? Bagi yang hanya suka pada Linkin Park zaman Hybrid Theory sama Meteora, album ini mungkin berada pada urutan nomer ke sekian. Tapi, bagi yang suka berbagai eksperimental genre musik, A Thousand Suns mungkin bisa menjadi pilihan utama. Yang suka musik ngebeat, silahkan dengarkan Burning In The Skies. Apabila suka genre rap, nikmati When They Come For Me. Yang pengen kalem, ada Robot Boy. Kalo ada yang blasteran Jepang-Spanyol, Jornada del Muerto bisa jadi pilihan. Yang mau denger rap Mike Shinoda berbalas dengan Chester, ada Waiting For The End. Yang ngaku anak metal, silahkan putar Blackout. Yang kangen denger sampling Mr. Hahn, Wretches And Kings siap menghibur. Iridescent ada untuk kalian yang butuh semangat. Yang suka main gitar akustik, silahkan mainkan The Messenger. Dan bagi yang suka eksperimental genre, The Catalyst siap menawarkan warna baru.

Yang pasti,
A Thousand Suns sama sekali bukan album yang buruk.
Dan pesan-pesan yang disampaikan dalam cerita A Thousand Suns bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.


Share:

1 komentar:

loverstopia mengatakan...

Terima kasih telah menulis artikel yang luar biasa ini, kak. Sebagai penggemar album A Thousand Suns saya merasa bahagia sekali. Super!