Pertemuan adalah awal dari perpisahan.
Begitu juga pepatah mengatakan, saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman sekolah, ga kebayang kalo suatu hari nanti kita harus angkat kaki dan rela meninggalkan sekolah kita. Ketika pertama kali berkenalan dengan temen-temen sekolah, ga kebayang kalo suatu saat nanti kita pun harus ikhlas melepas kepergian mereka. Pertama kali kita mengenal guru yang mengajar dan membimbing kita di sekolah, layaknya orang tua kita sendiri, ga kepikiran 3 taon yang akan datang, dengan berat hati kita lambaikan tangan kita pada mereka.
Hari ini, adalah hari yang disebutkan itu. Sebenernya gue ga pengen pisah sama temen-temen, sahabat, dan guru-guru gue. Tapi apa dikata, roda kehidupan terus berputar. Dan kita harus tetap terus berjalan maju.
Pukul 7 pagi WIWR (Waktu Indonesia Wilayah Rangda), gue menembus dinginnya udara pagi. Kabut pun menghalangi pandangan gue. Sama persis kaya hasil UN yang terhalang kabut: ga jelas! Pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk di pikiran gue. Apakah gue lulus? Apakah nilai gue memuaskan? Apakah gue bisa memuaskan cewe gue? Oke, pertanyaan yang terakhir adalah pertanyaan yang ngawur.
Perlahan-lahan, motor gue memasuki gerbang SMA. Gue memberhentikan motor gue di depan aula, dimana udah ada temen-temen gue baik dari kelas IPA maupun kelas IPS. Mereka semua memasang tampang harap-harap cemas. Satu yang pasti, mereka juga pasti bertanya-tanya akan hasil UN mereka.
Gue melangkah demi langkah menuju tempat acara di dalam aula. Gue pun mencari tempat duduk, kursi pun udah disiapkan untuk membedakan yang mana cowo, yang mana cewe, dan yang mana yang banci. Gue milih duduk di kursi bagian banci, dan duduk tenang disana. Gue nyempetin ngobrol dan foto bareng temen-temen, karna gue ga mo nyia-nyiain masa terakhir bareng temen SMA.
Acara pengukuhan.
Acara pun dibuka dengan sambutan Pak Man yang sambutan nya sangat ga berprikesambutan. Bayangin aja, sambutan udah hampir 10 menit, kami semua malah gelisah nunggu kepastian kelulusan. Begitulah Pak Man. Mungkin udah jadi kodrat beliau. Pak Man bilang, kalo SMAN 1 Rantau taon ini ga mencapai 100% kelulusan, tetapi hanya 99,3%, yang itu berarti ada satu orang yang mesti rela tertinggal.
Dilanjutkan dengan acara pengucapan ikrar. Gue dengan mulut terbuka lebar, dengan semangat mengucapkan ikrar dengan lantang. Sampe-sampe gue ga ngerasa kalo banyak lalat yang masuk ke mulut gue. Acara dilanjutkan dengan pengalungan medali, sambil menyanyikan lagu wajib nasional Bagimu Negeri dan Hymne Guru. Lagu ini cukup membuat mata gue berkaca-kaca dan temen-temen gue wajahnya terlihat merah dan matanya pun berair kaya mo nangis. Penyerahan medali disambut oleh guru-guru kami dan kami pun bersalaman. Di bawah alunan lagu wajib, teman-teman, guru-guru kami pun ikut menangis karena terharu. Guru yang udah kurang lebih 3 taon mengajari kami pun harus berpisah, dan gue pun juga berpisah sekaligus dengan temen-temen.
Akhirnya acara yang paling ditunggu. Penyerahan amplop keputusan kelulusan. Gue udah gugup, takut kalo gue ga lulus. Saking gugup nya gue hampir ngompol di celana. Tapi itu ga sempet terjadi, karna nama gue dengan manis dipanggil. Mama gue menerima amplop itu, dan gue dengan biadabnya langsung merebut amplop itu dan membukanya. Dan disana tertulis...
HOOORRREEEEEE !!!!
Gue lulus !! Gue bener-bener lulus, man !!!! Alhamdulillah ya Allah.... Gue langsung meluk mama gue, dan gue ngerasa sangat berbahagia. Mama gue bilang: "Selamat ya, Nak...". Gue makin mempererat pelukan gue. Gue ngerasa bahagia dan lega banget. Ga terasa air mata gue keluar, gue terharu.
Gue liat, temen-temen gue juga bersorak gembira. Mereka juga menumpahkan kebahagian mereka dengan memeluk orang tua mereka. Tak sedikit dari mereka mengucurkan air mata. Disana gue langsung ngampirin mereka semua, berjabat tangan, berpelukan, dan teriak bahagia bareng. Gue berfoto-foto dengan temen-temen seperjuangan di SMA, sambil melihat mereka yang tersentuh hatinya, karena ga ada yang bisa mengungkapkan kata-kata melalui mulut, matalah yang mengungkapkan perasaan mereka. Gue pun muai berpikir, emang bener kata orang: setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Oleh karena itu, jangan menyesali apa yang telah terjadi sekarang ini.
Sesungguhnya, hari ini adalah hari yang paling sangat ga mau gue nantikan, yap, hari acara perpisahan sekolah. Bagaimana mungkin gue bisa mengatur kerja jantung gue agar tidak berdegup terlalu kencang lalu memicu kelenjar air mata untuk mengeluarkan tetes-tetesan yang disebut air mata itu? Apa gunanya gue udah dandan ganteng-ganteng bila akhirnya air mata akan menghapus semuanya dalam sekejap? Gue ngangkat-angkat kepala sembari mengedip-ngedipkan mata berharap dengan melakukannya air mata gue akan kembali masuk ke dalam mata.
Semua usai, gue terduduk lemas tak berdaya di atas sofa ruang tamu. Begitu lelahnya hari ini tapi tak dapat menutupi kegundahan hati gue kini. Entah harus senang akan kelulusan ini atau harus bersedih karena perpisahan ini.
*backsound: Kita Selamanya - Bondan Prakoso & Fade2Black*
Begitu juga pepatah mengatakan, saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman sekolah, ga kebayang kalo suatu hari nanti kita harus angkat kaki dan rela meninggalkan sekolah kita. Ketika pertama kali berkenalan dengan temen-temen sekolah, ga kebayang kalo suatu saat nanti kita pun harus ikhlas melepas kepergian mereka. Pertama kali kita mengenal guru yang mengajar dan membimbing kita di sekolah, layaknya orang tua kita sendiri, ga kepikiran 3 taon yang akan datang, dengan berat hati kita lambaikan tangan kita pada mereka.
Hari ini, adalah hari yang disebutkan itu. Sebenernya gue ga pengen pisah sama temen-temen, sahabat, dan guru-guru gue. Tapi apa dikata, roda kehidupan terus berputar. Dan kita harus tetap terus berjalan maju.
Pukul 7 pagi WIWR (Waktu Indonesia Wilayah Rangda), gue menembus dinginnya udara pagi. Kabut pun menghalangi pandangan gue. Sama persis kaya hasil UN yang terhalang kabut: ga jelas! Pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk di pikiran gue. Apakah gue lulus? Apakah nilai gue memuaskan? Apakah gue bisa memuaskan cewe gue? Oke, pertanyaan yang terakhir adalah pertanyaan yang ngawur.
Perlahan-lahan, motor gue memasuki gerbang SMA. Gue memberhentikan motor gue di depan aula, dimana udah ada temen-temen gue baik dari kelas IPA maupun kelas IPS. Mereka semua memasang tampang harap-harap cemas. Satu yang pasti, mereka juga pasti bertanya-tanya akan hasil UN mereka.
Gue melangkah demi langkah menuju tempat acara di dalam aula. Gue pun mencari tempat duduk, kursi pun udah disiapkan untuk membedakan yang mana cowo, yang mana cewe, dan yang mana yang banci. Gue milih duduk di kursi bagian banci, dan duduk tenang disana. Gue nyempetin ngobrol dan foto bareng temen-temen, karna gue ga mo nyia-nyiain masa terakhir bareng temen SMA.
Acara pengukuhan.
Acara pun dibuka dengan sambutan Pak Man yang sambutan nya sangat ga berprikesambutan. Bayangin aja, sambutan udah hampir 10 menit, kami semua malah gelisah nunggu kepastian kelulusan. Begitulah Pak Man. Mungkin udah jadi kodrat beliau. Pak Man bilang, kalo SMAN 1 Rantau taon ini ga mencapai 100% kelulusan, tetapi hanya 99,3%, yang itu berarti ada satu orang yang mesti rela tertinggal.
Dilanjutkan dengan acara pengucapan ikrar. Gue dengan mulut terbuka lebar, dengan semangat mengucapkan ikrar dengan lantang. Sampe-sampe gue ga ngerasa kalo banyak lalat yang masuk ke mulut gue. Acara dilanjutkan dengan pengalungan medali, sambil menyanyikan lagu wajib nasional Bagimu Negeri dan Hymne Guru. Lagu ini cukup membuat mata gue berkaca-kaca dan temen-temen gue wajahnya terlihat merah dan matanya pun berair kaya mo nangis. Penyerahan medali disambut oleh guru-guru kami dan kami pun bersalaman. Di bawah alunan lagu wajib, teman-teman, guru-guru kami pun ikut menangis karena terharu. Guru yang udah kurang lebih 3 taon mengajari kami pun harus berpisah, dan gue pun juga berpisah sekaligus dengan temen-temen.
Akhirnya acara yang paling ditunggu. Penyerahan amplop keputusan kelulusan. Gue udah gugup, takut kalo gue ga lulus. Saking gugup nya gue hampir ngompol di celana. Tapi itu ga sempet terjadi, karna nama gue dengan manis dipanggil. Mama gue menerima amplop itu, dan gue dengan biadabnya langsung merebut amplop itu dan membukanya. Dan disana tertulis...
HOOORRREEEEEE !!!!
Gue lulus !! Gue bener-bener lulus, man !!!! Alhamdulillah ya Allah.... Gue langsung meluk mama gue, dan gue ngerasa sangat berbahagia. Mama gue bilang: "Selamat ya, Nak...". Gue makin mempererat pelukan gue. Gue ngerasa bahagia dan lega banget. Ga terasa air mata gue keluar, gue terharu.
ingut lagi saking gembiranya ngangkat tangan |
Sesungguhnya, hari ini adalah hari yang paling sangat ga mau gue nantikan, yap, hari acara perpisahan sekolah. Bagaimana mungkin gue bisa mengatur kerja jantung gue agar tidak berdegup terlalu kencang lalu memicu kelenjar air mata untuk mengeluarkan tetes-tetesan yang disebut air mata itu? Apa gunanya gue udah dandan ganteng-ganteng bila akhirnya air mata akan menghapus semuanya dalam sekejap? Gue ngangkat-angkat kepala sembari mengedip-ngedipkan mata berharap dengan melakukannya air mata gue akan kembali masuk ke dalam mata.
Semua usai, gue terduduk lemas tak berdaya di atas sofa ruang tamu. Begitu lelahnya hari ini tapi tak dapat menutupi kegundahan hati gue kini. Entah harus senang akan kelulusan ini atau harus bersedih karena perpisahan ini.
*backsound: Kita Selamanya - Bondan Prakoso & Fade2Black*
0 komentar:
Posting Komentar