Flashback ke 8 bulan yang lalu, tepatnya tanggal 1 Juli 2012.
Saat itu adalah hari libur, begitu juga dengan gue dan anggota OSIS SMAN 1 Rantau. Di akhir masa bakti sebagai pengurus OSIS, kami mengadakan liburan bersama anggota OSIS kelas X (waktu itu gue masih duduk di kelas XI). Juga tak ketinggalan bersama 2 orang guru pendamping kami.
Tujuan liburan kami ke Museum Lambung Mangkurat dan Pantai Batakan. Sekitar pukul 07.00 WIWR (Waktu Indonesia Wilayah Rantau) kami semua berkumpul di sekolah. Seperti sudah kebiasaan, waktu keberangkatan selalu di delay karena ada beberapa teman kami yang ga tepat waktu. Akibatnya kami mulai on the way pada pukul 08.00. Dengan menggunakan bus Dishub HSS, kami melaju dengan kecepatan sedang menuju Banjarbaru. Sepanjang perjalanan, kami semua bersuka ria, canda dan tawa menghiasi kebersamaan saat itu. Biasanya gue jalan ke Banjarbaru terasa lama banget ga nyampe-nyampe, kali ini sangat berbeda. Sangat tak terasa sudah terlihat tugu bundaran Banjarbaru di depan. Loh perasaan baru aja gue duduk dan ketawa kok udah pada nyampe?
Kami langsung menuju Museum Lambung Mangkurat yang terletak tepat di pusat kota Banjarbaru. Satu persatu kami berebut turun dari bus. Persis kaya anak-anak monyet yang baru dilepas dari kandang sama majikannya. Guru kami pun membeli tiket masuk untuk kami semua. Saat mau masuk, "eitt, kita bafotoan dahulu", ujar guru kami yaitu Ibu Faridah. Okelah, kami semua berpose dan jepreeeettt... Inilah hasilnya:
Kami pun memasuki kawasan museum, sambil melihat-lihat benda yang ada disana. Sesekali jepret sana jepret sini. Yang doyan banget sama alay, selalu berfoto di depan benda yang dilaluinya. Gue ogah banget kaya gituan. Terlalu norak, guys. Mending foto bareng sama teman-teman aja, lebih seru.
Sekira sudah cukup memanjakan mata di museum, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini, perjalanan inilah yang paling ditunggu-tunggu. Pantai Batakan. Perjalanan ke pantai bukanlah jarak yang dekat. Sekitar memakan waktu 2 jam perjalanan darat, 3 jam perjalanan laut, dan 4 jam perjalanan udara. Ya engga lah. Cukup 2 jam aja. Suasana di dalam bus pun semakin meriah. Suara musik pun menggema di dalam bus yang ga bisa dibilang lebih besar dari bus executive. Suara ngobrol cipika cipiki, suara teman gue yang ngorok, suara teman-teman gue nyanyi, semuanya berbaur jadi satu. HBI aja masih kalah meriahnya. Tau HBI? Mending ga usah tau aja deh. Kami semua larut dalam suasana yang campur aduk itu, termasuk gue. Gue ga ikut-ikutan heboh kaya teman-teman, gue adem aja dengerin musik lewat mp3 gue sambil ngeliat pemandangan-pemandangan yang lewat.
Bibir pantai sudah mulai terlihat mata. Mulut-mulut teman gue udah mulai pada nyerocos.
"Eh itu pantainya itu pantainya"
"Mana mana kada kalihatan"
"Itu itu nah malihat lah mata kam di muka tuh"
"Itu ah pantai, palihatku itu sungai kam"
"Parasaku itu laut"
"Yee bacaburan nah kita"
Ckckck, air liur mereka sampai muncrat kemana-mana. Nyantai aja woy, itu pantai yang keruh gitu dihebohin. Mending kalo ngeliat gadis-gadis atau tante-tante pake bikini ga pakai daleman belahan dada keliatan baru lo semua pada boleh heboh.
Suara rem bus kami berbunyi tanda sudah berhenti. Tapi sangat disayangkan, baru kami melangkahkan kaki di pasir pantai itu mulai turun air dari langit. Ini kamih burung ah atau apa jadi banyak banar, pikir gue. Eh, otak gue baru jalan saat itu, ternyata itu hujan. Ya, bener hujan. Acara senang-senang terpaksa di pending dulu. Pada suasana itu, kami manfaatkan dengan makan siang. Enak banget makanan siang itu, ayam tepung pizza burger plus jus melon. Hmmm yumiii... Tapi, kok ni makanan berasa kaya nasi bungkus ya?
Cuaca hujan, membuat suasana di pantai saat itu menjadi dingin. Dingin berarti meningkatkan hormon ekskresi. Dingin juga berarti cepat lapar. Walaupun gue sudah ngabisin makanan tadi, cacing perut gue masih pada minta makan. Gue liat-liat sekeliling, dan mata gue tertuju pada warung terdekat. Gue langsung nyerocos turun sama teman-teman gue. Gue kira tu mereka pada pengen nemenin gue ke warung, eh ternyata mereka belok demi nyari toilet. Gue liat menu di warung itu, gue milih makan Pop Mie. Dingin banget gila, pake jaket aja masih berasa dingin nya. Setelah makan mie, perut gue udah pada mulai hangat. Ketika itu salah seorang teman gue datang dan mesan nasi rawon. Gue ngeliatin, kok jadi kepengen yah. Masa bodo ah, gue pesen juga nasi rawon. Makan lagi gue, haha.
Teman-teman gue udah pada ngajakin ke pantai. Ngapain? Main bola. Aduh males banget gue. Gue itu ga suka main bola, bro. Dan gue ditinggalin oleh mereka yang pada asik main bola di pantai. Untung saat itu hujan udah pada reda, dan gue ganti celana nyusul teman-teman gue ke pantai. Wih, udah pada rame nih. Teman-teman cowo pada berbaur sama teman-teman cewe. Gue juga ikut-ikutan ah nangkring disana. Dan, nyebuuuurrr...
Di pantai ini juga, kami sempat-sempatnya memuja setan:
Waktu itu, ada teman gue yang mengajak kami ke sebuah pulau yang berada di tengah lautan pantai ini, orang-orang biasanya menyebutnya Pulau Datu.
Lo tau Datu?
Tau dong.
Apa?
Ada udang dibalik Datu.
Itu BATU, begoo !!
Di pulau itu terdapat sebuah makam. Ya, pulau itu memang khusus buat makam. Kedengarannya serem yah. Padahal ga ada serem-seremnya sedikit pun tuh pulau. Kami pun berunding beberapa menit, dan kami pun setuju untuk pergi ke pulau tersebut.
"Pamaan, uy paman, kawa ah manyewa klotok piyan"
"Gasan kakanakan yang langkar-langkar wan bungas-bungas kaya buhan kam ni kawa banar"
Yes, kami pun menyewa 2 buah klotok yang nganggur saat itu. Semua teman-teman gue ikut, terkecuali ada beberapa yang ga mau ikut lantaran takut naik klotok dan nyemplung ke dalam air. Toktoktok, kami pun lepas landas dari pantai. Klotok pun melaju. Ombak yang saat itu besar membuat klotok kami terombang-ambing. Tak jarang ada teman cewe gue yang teriak. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAA......."
Cuaca yang tadi sempat diguyur hujan, di tengah laut saat klotok melaju jadi tambah dingin. Beer, badan gue menggigil. Gue jadi kepikiran, gue takut badan gue yang udah ramping kaya triplek gini melayang kebawa angin laut yang kencengnya ga ketulungan dan hilang entah kemana. Atau, terjadi kecelakaan besar kaya di film Final Destination dengan klotok-klotok kami. Bisa-bisa klotok kami terbalik, dan kami semua hanyut di tengah derasnya ombak laut. Dan kami pun hilang entah kemana tanpa ada yang mengetahuinya. PLAK! Gue tampar muka gue sendiri. Gue buang jauh-jauh khayalan tingkat tinggi gue itu, karena kami ternyata sudah sampai di tujuan.
Kami pun kembali mengeluarkan kamera masing-masing. Kebanyakan orang-orang datang ke pulau ini untuk ziarah, kami dengan masa bodohnya asik jeprat jepret. Bahkan kami pun sempat mengintip makam yang terletak di atas tebing pulau itu. Jeprat...jepret...jeprut...
Sekira sudah puas berfoto ria, kami pun kembali ke pantai. Naik klotok lagi... Toktoktok...
Setibanya kami di pinggiran pantai, kami sudah ditunggu oleh 2 guru pendamping kami dengan raut wajah marah. Waduh mampus gue. Bakalan kena ceramah ibu semua nih, gara-gara tadi ga izin terlebih dahulu pergi ke pulau itu. Ternyata eh ternyato, ibu marah karena ga diajak ke pulau itu.
Hehe, maafin kami ya bu :D
Sang mentari hampir menenggelamkan dirinya, artinya hari itu sebentar lagi malam tiba. Kami pun berkemas untuk pulang. Bilas mandi, dan berpakaian seperti sedia kala. Dalam perjalanan menuju Banjarbaru, gue ga ingat apa-apa lagi. Gue asik bermimpi basah. Eh ga tau nya waktu gue buka mata sudah nyampe Banjarbaru. Kami mampir sebentar di sebuah restoran seafood dekat bundaran, untuk memanjakan cacing di perut masing-masing. Dari wajah-wajah teman gue terlihat udah pada lesu semua. Selesai makan, perut udah terisi penuh, kenyang, di dalam bus menuju Rantau, gue pun ngelanjutin mimpi gue bermesraan sama Miyabi.
Zzzzzzzzz...
Saat itu adalah hari libur, begitu juga dengan gue dan anggota OSIS SMAN 1 Rantau. Di akhir masa bakti sebagai pengurus OSIS, kami mengadakan liburan bersama anggota OSIS kelas X (waktu itu gue masih duduk di kelas XI). Juga tak ketinggalan bersama 2 orang guru pendamping kami.
(kiri-kanan) Gue, Ibu Ani, Ibu Faridah, Dody si Ketua Osis |
Tujuan liburan kami ke Museum Lambung Mangkurat dan Pantai Batakan. Sekitar pukul 07.00 WIWR (Waktu Indonesia Wilayah Rantau) kami semua berkumpul di sekolah. Seperti sudah kebiasaan, waktu keberangkatan selalu di delay karena ada beberapa teman kami yang ga tepat waktu. Akibatnya kami mulai on the way pada pukul 08.00. Dengan menggunakan bus Dishub HSS, kami melaju dengan kecepatan sedang menuju Banjarbaru. Sepanjang perjalanan, kami semua bersuka ria, canda dan tawa menghiasi kebersamaan saat itu. Biasanya gue jalan ke Banjarbaru terasa lama banget ga nyampe-nyampe, kali ini sangat berbeda. Sangat tak terasa sudah terlihat tugu bundaran Banjarbaru di depan. Loh perasaan baru aja gue duduk dan ketawa kok udah pada nyampe?
Kami langsung menuju Museum Lambung Mangkurat yang terletak tepat di pusat kota Banjarbaru. Satu persatu kami berebut turun dari bus. Persis kaya anak-anak monyet yang baru dilepas dari kandang sama majikannya. Guru kami pun membeli tiket masuk untuk kami semua. Saat mau masuk, "eitt, kita bafotoan dahulu", ujar guru kami yaitu Ibu Faridah. Okelah, kami semua berpose dan jepreeeettt... Inilah hasilnya:
Kami pun memasuki kawasan museum, sambil melihat-lihat benda yang ada disana. Sesekali jepret sana jepret sini. Yang doyan banget sama alay, selalu berfoto di depan benda yang dilaluinya. Gue ogah banget kaya gituan. Terlalu norak, guys. Mending foto bareng sama teman-teman aja, lebih seru.
(kiri-kanan) Gue, Banjar, Dillah, Fannie |
(kiri-kanan) Gue, Banjar, Syarif, Naldi, Fannie) |
(kiri-kanan) Gue, Winta, Dody, Lutfi |
Sekira sudah cukup memanjakan mata di museum, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini, perjalanan inilah yang paling ditunggu-tunggu. Pantai Batakan. Perjalanan ke pantai bukanlah jarak yang dekat. Sekitar memakan waktu 2 jam perjalanan darat, 3 jam perjalanan laut, dan 4 jam perjalanan udara. Ya engga lah. Cukup 2 jam aja. Suasana di dalam bus pun semakin meriah. Suara musik pun menggema di dalam bus yang ga bisa dibilang lebih besar dari bus executive. Suara ngobrol cipika cipiki, suara teman gue yang ngorok, suara teman-teman gue nyanyi, semuanya berbaur jadi satu. HBI aja masih kalah meriahnya. Tau HBI? Mending ga usah tau aja deh. Kami semua larut dalam suasana yang campur aduk itu, termasuk gue. Gue ga ikut-ikutan heboh kaya teman-teman, gue adem aja dengerin musik lewat mp3 gue sambil ngeliat pemandangan-pemandangan yang lewat.
Bibir pantai sudah mulai terlihat mata. Mulut-mulut teman gue udah mulai pada nyerocos.
"Eh itu pantainya itu pantainya"
"Mana mana kada kalihatan"
"Itu itu nah malihat lah mata kam di muka tuh"
"Itu ah pantai, palihatku itu sungai kam"
"Parasaku itu laut"
"Yee bacaburan nah kita"
Ckckck, air liur mereka sampai muncrat kemana-mana. Nyantai aja woy, itu pantai yang keruh gitu dihebohin. Mending kalo ngeliat gadis-gadis atau tante-tante pake bikini ga pakai daleman belahan dada keliatan baru lo semua pada boleh heboh.
Suara rem bus kami berbunyi tanda sudah berhenti. Tapi sangat disayangkan, baru kami melangkahkan kaki di pasir pantai itu mulai turun air dari langit. Ini kamih burung ah atau apa jadi banyak banar, pikir gue. Eh, otak gue baru jalan saat itu, ternyata itu hujan. Ya, bener hujan. Acara senang-senang terpaksa di pending dulu. Pada suasana itu, kami manfaatkan dengan makan siang. Enak banget makanan siang itu, ayam tepung pizza burger plus jus melon. Hmmm yumiii... Tapi, kok ni makanan berasa kaya nasi bungkus ya?
Cuaca hujan, membuat suasana di pantai saat itu menjadi dingin. Dingin berarti meningkatkan hormon ekskresi. Dingin juga berarti cepat lapar. Walaupun gue sudah ngabisin makanan tadi, cacing perut gue masih pada minta makan. Gue liat-liat sekeliling, dan mata gue tertuju pada warung terdekat. Gue langsung nyerocos turun sama teman-teman gue. Gue kira tu mereka pada pengen nemenin gue ke warung, eh ternyata mereka belok demi nyari toilet. Gue liat menu di warung itu, gue milih makan Pop Mie. Dingin banget gila, pake jaket aja masih berasa dingin nya. Setelah makan mie, perut gue udah pada mulai hangat. Ketika itu salah seorang teman gue datang dan mesan nasi rawon. Gue ngeliatin, kok jadi kepengen yah. Masa bodo ah, gue pesen juga nasi rawon. Makan lagi gue, haha.
Teman-teman gue udah pada ngajakin ke pantai. Ngapain? Main bola. Aduh males banget gue. Gue itu ga suka main bola, bro. Dan gue ditinggalin oleh mereka yang pada asik main bola di pantai. Untung saat itu hujan udah pada reda, dan gue ganti celana nyusul teman-teman gue ke pantai. Wih, udah pada rame nih. Teman-teman cowo pada berbaur sama teman-teman cewe. Gue juga ikut-ikutan ah nangkring disana. Dan, nyebuuuurrr...
Di pantai ini juga, kami sempat-sempatnya memuja setan:
Rava (baju hitam), Banjar (jongkok), Dody (megang bola) |
Waktu itu, ada teman gue yang mengajak kami ke sebuah pulau yang berada di tengah lautan pantai ini, orang-orang biasanya menyebutnya Pulau Datu.
Lo tau Datu?
Tau dong.
Apa?
Ada udang dibalik Datu.
Itu BATU, begoo !!
Di pulau itu terdapat sebuah makam. Ya, pulau itu memang khusus buat makam. Kedengarannya serem yah. Padahal ga ada serem-seremnya sedikit pun tuh pulau. Kami pun berunding beberapa menit, dan kami pun setuju untuk pergi ke pulau tersebut.
"Pamaan, uy paman, kawa ah manyewa klotok piyan"
"Gasan kakanakan yang langkar-langkar wan bungas-bungas kaya buhan kam ni kawa banar"
Yes, kami pun menyewa 2 buah klotok yang nganggur saat itu. Semua teman-teman gue ikut, terkecuali ada beberapa yang ga mau ikut lantaran takut naik klotok dan nyemplung ke dalam air. Toktoktok, kami pun lepas landas dari pantai. Klotok pun melaju. Ombak yang saat itu besar membuat klotok kami terombang-ambing. Tak jarang ada teman cewe gue yang teriak. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAA......."
Cuaca yang tadi sempat diguyur hujan, di tengah laut saat klotok melaju jadi tambah dingin. Beer, badan gue menggigil. Gue jadi kepikiran, gue takut badan gue yang udah ramping kaya triplek gini melayang kebawa angin laut yang kencengnya ga ketulungan dan hilang entah kemana. Atau, terjadi kecelakaan besar kaya di film Final Destination dengan klotok-klotok kami. Bisa-bisa klotok kami terbalik, dan kami semua hanyut di tengah derasnya ombak laut. Dan kami pun hilang entah kemana tanpa ada yang mengetahuinya. PLAK! Gue tampar muka gue sendiri. Gue buang jauh-jauh khayalan tingkat tinggi gue itu, karena kami ternyata sudah sampai di tujuan.
Kami pun kembali mengeluarkan kamera masing-masing. Kebanyakan orang-orang datang ke pulau ini untuk ziarah, kami dengan masa bodohnya asik jeprat jepret. Bahkan kami pun sempat mengintip makam yang terletak di atas tebing pulau itu. Jeprat...jepret...jeprut...
(bawah-atas) (kiri-kanan) Fannie, Banjar, binian baju kuning kada ingat ngarannya, Syarif, Dillah, Gue, Sinta |
Sekira sudah puas berfoto ria, kami pun kembali ke pantai. Naik klotok lagi... Toktoktok...
Setibanya kami di pinggiran pantai, kami sudah ditunggu oleh 2 guru pendamping kami dengan raut wajah marah. Waduh mampus gue. Bakalan kena ceramah ibu semua nih, gara-gara tadi ga izin terlebih dahulu pergi ke pulau itu. Ternyata eh ternyato, ibu marah karena ga diajak ke pulau itu.
Hehe, maafin kami ya bu :D
Ni foto kami sepulang dari Pulau Datu |
Sang mentari hampir menenggelamkan dirinya, artinya hari itu sebentar lagi malam tiba. Kami pun berkemas untuk pulang. Bilas mandi, dan berpakaian seperti sedia kala. Dalam perjalanan menuju Banjarbaru, gue ga ingat apa-apa lagi. Gue asik bermimpi basah. Eh ga tau nya waktu gue buka mata sudah nyampe Banjarbaru. Kami mampir sebentar di sebuah restoran seafood dekat bundaran, untuk memanjakan cacing di perut masing-masing. Dari wajah-wajah teman gue terlihat udah pada lesu semua. Selesai makan, perut udah terisi penuh, kenyang, di dalam bus menuju Rantau, gue pun ngelanjutin mimpi gue bermesraan sama Miyabi.
Zzzzzzzzz...
0 komentar:
Posting Komentar