Yang pernah baca blog gue, mungkin tau tentang 'teori eliminasi' yang gue cetuskan beberapa waktu lalu. Teori eliminasi ini bertolak-belakang dengan teori substitusi yang lebih mendekati dengan selingkuh. Teori eliminasi gue ini lebih mendekati dengan mencari sesuatu yang baru.
Beberapa waktu menjalani masa perkuliahan, gue semakin tambah dekat dengan 'objek' gue itu. Pernah waktu kemaren gue janjian berangkat bareng dia ke kampus, pernah juga kemaren kami pergi bareng ke Kampus 2. Dan malam ini, gue bakal pengen ngajak dia dinner bareng.
Bertepatan dengan malam sabtu, gue berinisiatif buat ngajak dia dinner setelah ngeliat status dia di BBM. Seperti sudah tersambar listrik 5 ribu watt, dia mengiyakan ajakan gue. Kami pun janjian untuk having dinner malam itu. Ini bakal menjadi dinner perdana gue dengan dia.
'Nyate yuuk
,' chat gue.
'Ayuk kak,' dia membalas. 'Emange tau tempat orang jualan sate dimana
'
'Ke foodcourt aja yuuk.. Disana enyaak,'
'Foodcourt Solo Square kah?'
'Iya.. Mau?'
Sate di foodcourt Solo Square menurut gue adalah sate terenak. Soalnya gue pernah nyobain sama temen gue asal Palangkaraya, Mangku, waktu pulang kuliah kemaren.
Dia melanjutkan, 'Males ngemall nya aku bay.. Aku pengen capcay goreng bay, engga jadi sate,'
'Kamu belum punya motor kan bay.. Aku nyamperin kamu ya..'
Deg. Ini gue baru aja mau pinjem kunci motor temen gue buat ngejemput dia, tiba-tiba gue langsung berubah pikiran.
'Iya bisa. Tau aja kan kos ku
,'
'Tau dong.. Tunggu depan yah bay
aku otw,'
Well, it is a date.
Di kos, jantung gue serasa mau lepas, berdetak saking kencengnya. Iya, gue gugup. Sangat. Gue yang udah wangi-wangi gini; mandi pake kembang 7 rupa, parfum gue abisin satu botol, gue malah jadi banjir keringet lagi saking gugupnya.
Semakin deg-degan, jantung gue rasanya mo mencret. Rasanya pengen keluar dari dada gue dan muncrat kemana-mana. Gue menaruh tangan gue di depan dagu, memperhatikan orang-orang lewat dengan penuh antisipasi.
Dan inilah gue... lagi duduk standby di depan kos nungguin dia nyamperin gue.
Di bawah pantulan sinar bulan, gue melihat sesosok malaikat menghampiri gue dengan motornya. Ada engga sih malaikat naik motor? Lah cuma dia ini yang bisa begitu. Bajunya yang berwarna merah terlihat begitu terang malam itu. Rambutnya yang diikat, semakin menampakkan parasnya yang cantik. Seakan terhipnotis, senyuman dia membuat gue mematung beberapa saat.
'Halo bay...' Suaranya membuyarkan lamunan gue.
'Malam S----..' Balas gue dengan senyuman yang lebih imut. Iya, gue ini sebenernya imut lho. Hehe
'Udah lama nunggu ya?'
'Baru kok,' jawab gue.
'Ayo berangkat...' katanya.
Gue pun mengambil tempat di depan. Ya iyalah, masa cewe nya yang di depan bawa motor. Engga ada kali. Cewe yang ngebonceng adalah pembunuh kejantanan cowo.
'Udah siap mba?' canda gue sambil senyum sumringah.
'Haha, siap kakak...' canda dia juga.
Vario itu pun melaju dengan kecepatan sedang menyusuri tiap jalan yang diterangi oleh gemerlap lampu-lampu kota. Cahayanya yang terang seakan mengekspresikan perasaan gue saat ini.
Saat satu kendaraan berdua di malam hari itu, entah perasaan apa yang gue rasakan. Hati gue seakan bergejolak ingin teriak saking senengnya. Gue merasa malam hari itu menjadi milik gue seutuhnya. Tapi, walopun begitu, gue harus tetep jaga image juga kali. Rada engga enak juga, di jalanan gue teriak-teriak gembira kaya orang gila.
Beberapa menit kemudian, disinilah kami berdua, dinner di sebuah tempat makan yang ga begitu jauh dari kos. Selama dinner malam itu, gue bisa ngobrol lebih banyak dengan dia. Gue bisa kenal lebih deket dengan dia. Semuanya dia ceritain ke gue. Semuanya.
Hanya dalam beberapa menit saja gue tahu, kita punya banyak persamaan, tapi yang membuat gue dan dia jadi sama adalah personality berbeda yang tidak pernah kita kasih lihat ke orang lain sebelumnya. Gue, sebagai pribadi yang cenderung kalem dan stay cool bagi orang lain. Tapi di depan dia, gue adalah orang yang serius.
Cahaya remang-remang tempat makan itu semakin menambah kesan romantis gue dengan dia. Gue pandangi wajahnya. Gue tatap kedua matanya dengan dalam. Sungguh, 'objek' di depan gue ini udah mengisi perasaan, hati dan jiwa gue. Gue udah engga merasa canggung lagi kalo berada di deket dia. Gue udah mulai merasa nyaman dengan semua ini.
Gue melihat ke mata dia, namun sepertinya dia ga sadar, terlalu terpaku dengan capcay yang sedang dimakannya. Lalu gue menghela nafas pelan, duduk di depannya dengan manis. Diam dalam kenyamanan. Tanpa kata-kata, gue mencoba untuk mengomunikasikan bahwa gue, sudah jatuh kepada dia.
Begitu dia pulang mengantarkan gue, gue menatap ke wajahnya untuk beberapa detik.
'Makasih ya untuk malam ini,' kata gue.
'Iya kakak,' jawab dia.
'Besok-besok nanti dinner lagi ya,'
'Boleh,' jawab dia.
Sewaktu gue mau membalikkan badan kembali ke dalam kos, gue bilang, 'Hati-hati di jalan ya...'
Dan dia memberikan satu senyuman yang berarti. Rasanya gue kayak mau mati. Di malam ini, gue ga pernah sedekat ini pada kebahagiaan.
Thanks for making the night beautiful
Beberapa waktu menjalani masa perkuliahan, gue semakin tambah dekat dengan 'objek' gue itu. Pernah waktu kemaren gue janjian berangkat bareng dia ke kampus, pernah juga kemaren kami pergi bareng ke Kampus 2. Dan malam ini, gue bakal pengen ngajak dia dinner bareng.
Bertepatan dengan malam sabtu, gue berinisiatif buat ngajak dia dinner setelah ngeliat status dia di BBM. Seperti sudah tersambar listrik 5 ribu watt, dia mengiyakan ajakan gue. Kami pun janjian untuk having dinner malam itu. Ini bakal menjadi dinner perdana gue dengan dia.
'Nyate yuuk

'Ayuk kak,' dia membalas. 'Emange tau tempat orang jualan sate dimana

'Ke foodcourt aja yuuk.. Disana enyaak,'
'Foodcourt Solo Square kah?'
'Iya.. Mau?'
Sate di foodcourt Solo Square menurut gue adalah sate terenak. Soalnya gue pernah nyobain sama temen gue asal Palangkaraya, Mangku, waktu pulang kuliah kemaren.
Dia melanjutkan, 'Males ngemall nya aku bay.. Aku pengen capcay goreng bay, engga jadi sate,'
'Kamu belum punya motor kan bay.. Aku nyamperin kamu ya..'
Deg. Ini gue baru aja mau pinjem kunci motor temen gue buat ngejemput dia, tiba-tiba gue langsung berubah pikiran.
'Iya bisa. Tau aja kan kos ku

'Tau dong.. Tunggu depan yah bay

Well, it is a date.
Di kos, jantung gue serasa mau lepas, berdetak saking kencengnya. Iya, gue gugup. Sangat. Gue yang udah wangi-wangi gini; mandi pake kembang 7 rupa, parfum gue abisin satu botol, gue malah jadi banjir keringet lagi saking gugupnya.
Semakin deg-degan, jantung gue rasanya mo mencret. Rasanya pengen keluar dari dada gue dan muncrat kemana-mana. Gue menaruh tangan gue di depan dagu, memperhatikan orang-orang lewat dengan penuh antisipasi.
Dan inilah gue... lagi duduk standby di depan kos nungguin dia nyamperin gue.
Di bawah pantulan sinar bulan, gue melihat sesosok malaikat menghampiri gue dengan motornya. Ada engga sih malaikat naik motor? Lah cuma dia ini yang bisa begitu. Bajunya yang berwarna merah terlihat begitu terang malam itu. Rambutnya yang diikat, semakin menampakkan parasnya yang cantik. Seakan terhipnotis, senyuman dia membuat gue mematung beberapa saat.
'Halo bay...' Suaranya membuyarkan lamunan gue.
'Malam S----..' Balas gue dengan senyuman yang lebih imut. Iya, gue ini sebenernya imut lho. Hehe

'Udah lama nunggu ya?'
'Baru kok,' jawab gue.
'Ayo berangkat...' katanya.
Gue pun mengambil tempat di depan. Ya iyalah, masa cewe nya yang di depan bawa motor. Engga ada kali. Cewe yang ngebonceng adalah pembunuh kejantanan cowo.
'Udah siap mba?' canda gue sambil senyum sumringah.
'Haha, siap kakak...' canda dia juga.
Vario itu pun melaju dengan kecepatan sedang menyusuri tiap jalan yang diterangi oleh gemerlap lampu-lampu kota. Cahayanya yang terang seakan mengekspresikan perasaan gue saat ini.
Saat satu kendaraan berdua di malam hari itu, entah perasaan apa yang gue rasakan. Hati gue seakan bergejolak ingin teriak saking senengnya. Gue merasa malam hari itu menjadi milik gue seutuhnya. Tapi, walopun begitu, gue harus tetep jaga image juga kali. Rada engga enak juga, di jalanan gue teriak-teriak gembira kaya orang gila.
Beberapa menit kemudian, disinilah kami berdua, dinner di sebuah tempat makan yang ga begitu jauh dari kos. Selama dinner malam itu, gue bisa ngobrol lebih banyak dengan dia. Gue bisa kenal lebih deket dengan dia. Semuanya dia ceritain ke gue. Semuanya.
Hanya dalam beberapa menit saja gue tahu, kita punya banyak persamaan, tapi yang membuat gue dan dia jadi sama adalah personality berbeda yang tidak pernah kita kasih lihat ke orang lain sebelumnya. Gue, sebagai pribadi yang cenderung kalem dan stay cool bagi orang lain. Tapi di depan dia, gue adalah orang yang serius.
Cahaya remang-remang tempat makan itu semakin menambah kesan romantis gue dengan dia. Gue pandangi wajahnya. Gue tatap kedua matanya dengan dalam. Sungguh, 'objek' di depan gue ini udah mengisi perasaan, hati dan jiwa gue. Gue udah engga merasa canggung lagi kalo berada di deket dia. Gue udah mulai merasa nyaman dengan semua ini.
Gue melihat ke mata dia, namun sepertinya dia ga sadar, terlalu terpaku dengan capcay yang sedang dimakannya. Lalu gue menghela nafas pelan, duduk di depannya dengan manis. Diam dalam kenyamanan. Tanpa kata-kata, gue mencoba untuk mengomunikasikan bahwa gue, sudah jatuh kepada dia.
Begitu dia pulang mengantarkan gue, gue menatap ke wajahnya untuk beberapa detik.
'Makasih ya untuk malam ini,' kata gue.
'Iya kakak,' jawab dia.
'Besok-besok nanti dinner lagi ya,'
'Boleh,' jawab dia.
Sewaktu gue mau membalikkan badan kembali ke dalam kos, gue bilang, 'Hati-hati di jalan ya...'
Dan dia memberikan satu senyuman yang berarti. Rasanya gue kayak mau mati. Di malam ini, gue ga pernah sedekat ini pada kebahagiaan.
Thanks for making the night beautiful

0 komentar:
Posting Komentar