Selasa, 17 Januari 2017

Garis Line?

Seperti biasa,
kalo ada ajakan buat ngumpul dengan teman-teman,
kecepatan gue ganti baju bisa melebihi kecepatan peserta Bagi Rezeki.

Minggu malam kemaren,
ketika lagi asik santai di tempat tongkrongan, kemudian ada seorang pengamen yang datang,
lalu dengan lagak sok gitaris handal bak Steve Aoki dia mengangkat gitar.

Mr. Pengamen: Permisi Mas...
Gue dan teman-teman yang lain hanya melihat dan menganggukan kepala sambil senyam-senyum.
Bukan, bukan karena si pengamen ini cantik mau kita godain, tapi karena pengamen ini katanya orang pendatang dan suka minta-minta rokok kalo gak dikasih secengan.

Temen gue pernah cerita, dia sering liat tuh pengamen pas dia lagi asik nongkrong di Banjarmasin, yang jaraknya sungguh lumayan untuk ukuran seorang pengamen yang sekarang gue liat ini. Kurus, sedikit kecil, dan kumal. (pengamen emang kayak gitu kali yah..). Pernah juga ada temen gue yang bilang pas dia lagi nyantai di Indomaret, terus dia disamperin sama si pengamen ini. Dengan gaya seorang gitaris terkenal dan funky,
dia mulai menyanyi sambil bermain gitar. Setelah lagu selesai, dia mengulurkan tangannya, tanda bahwa saatnya sang pendengar mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan duit. Sayangnya waktu itu temen gue lagi boke, duitnya baru dia abisin buat shopping di Indomaret.

Temen gue bilang: "Makasih mas, lagi kadada duit.."
Mr. Pengamen: "Sedikit barang..." dia memelas.
Temen gue: "Bujuran mas, lagi kadada duit. Duitnya habis."
Mr. Pengamen: "Rokok pian barang.."
Temen gue: "Oke, ini satu batang." temen gue ngasih satu batang Esse Change.
Pengamen itu langsung pergi.

Gila.

Gue ngebayangin kalo jadi si pengamen, gue bakalan nyantronin orang-orang di warung malam, ketika gue gak dikasih duit, gue tinggal minta aja: "dada sama pahanya aja kalau gitu mbak.."

Si pengamen itu mulai mengangkat gitarnya dan membuka suara:
"GARIS LINE..UNTUK NEGARA INI ADALAH PERTANYAAN!"
"ASUUU..GARIS LINE..UNTUK NEGARA INI MENUJU KEHANCURAN!"

Gue yang dari tadi lagi main game di hape langsung melongo.
Buset, dia nyanyi bilang asu. Pake tiga bahasa lagi, jawa indonesia sama inggris. Keren banget.

Suaranya yang serak semakin meninggi:
"AKU TAK BUTUH PENJELASANMU..!"
"ASUUU..GARIS LINE! ADALAH TEMPAT TINGGAL YANG KITA BELA..ASUUU, GARIS LINE!

Temen-temen gue masang muka dengan ekspresi 'gila, ini orang ngamen nyanyi lagu apa?'
Sementara saat itu gue seakan mendapat pencerahan.

Gue: (sambil mengingat-ngingat lagunya Ahmad Dhani) Nasionalisme kali...!
Temen gue: AAAAAHHH! IYA! AKU RASA SUAH MANDANGAR JUA! IIH, NASIONALISME.
Temen gue yang lain: Hah? Iyakah? Lagu yang mana?
Gue: ...

Pengamen itu tiba-tiba berhenti, menunduk kepada kami,
kemudian sambil cengengesan dia bilang, : "maap, ulun kada ingat lagi kuncinya".
Gubrak.

Oke, jadi pesan moralnya disini: kalo mau nyari nafkah dengan cara menghibur orang lain, itu bagus. Bagus banget malah. Menimbulkan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Sini terhibur, situ dapet duit. Dan pesan moral buat si pengamen, atau buat kalian yang mau jadi pengamen, terserah: daripada nyanyi tersendat-sendat dan gak jelas nyanyi apaan, gue saranin mending bawa buku lagu Golden Memory Song aja.
Share:

0 komentar: